Rabu, 09 Januari 2013

E. Analisis Sanad Hadits


E. Analisis Sanad Hadits
            Hadits yang diteliti sanadnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari jalur Suraij berpangkal pada A’isyah ra, Data-data periwayatanya adalah sebagai berikut:
Urwah b. Zubair
            Nama lengkapnya adalah Urwah b. Zubair b. Awam b. Khulaid al-Qurasyi al-Asadiy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat ketiga (Thabaqat al-Wustha al-Tabi’in) wafat tahun 94 H. masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
            Urwah b. Zubair menerima hadits dari Usamah b. Zaid, Basyir b. Sa’ad, Zaid b. Tsabit, Abdullah b. Abbas, Abdullah b. Umar, Abdullah b. Amr b. Ash, Ali b. Abi Thalib, A’isyah dan lain-lain. Sedangkan orang yang menerima hadits dari Urwah b. Zubair  diantaranya adalah: Habib b. Abi Tsabit, Sa’id b. Khalid, Abdullah b. Urwah b. Zubair, Muslim b. Qurth dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Urwah b. Zubair adalah sebagai berikut:  Ibn hajar mengomentarinya “tsiqatun”, al-Ijli menilainya “madaniyun, tabi’iyyun tsiqatun”, Abu Hatim al-Raziy tidak komentar pasti terhadap pribadi Urwah b. Zubair Cuma menegaskan bahwa “عن أبيه : عروة بن الزبير عن على مرسل”, Ibn Hibban mengomentarinya: “Urwah b. Zubair termasuk intlektual kota Madinah” penilaian ini menunjukkan bahwa Urwah b. Zubair adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Urwah b. Zubair memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Urwah b. Zubair sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah ra, karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah ra.
Muslim b. Qurth
            Nama lengkapnya adalah Muslim b. Qurth al-Hijaziy al-Madaniy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat keenam (Thabaqat al-lazdina a-sharu sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, masuk dalam rijal Abu Daud dan al-Tirmidzi, al-Nasa’I.
            Muslim b. Qurth hanya menerima hadits dari Urwah b. Zubair, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Muslim b. Qurth adalah Abu Hazimyaitu Salamah b. Dinar saja. Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Muslim b. Qurth adalah sebagai berikut:  Ibn hajar mengomentarinya “maqbul”, Ibn Hibban memasukanya dalam orang-orang yang tsiqah, akan Tetpi dia melakukan kesalahan”. penilaian ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Muslim b. Qurth memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Muslim b. Qurth sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair .
Abu Hazim
             Nama lengkapnya adalah Salamah b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kelima (Thabaqat sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, Cuma ada yang mengatakan wafat disaat kalifah al-Mansur, masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
            Abu Hazim menerima hadits dari Muslim b. Qurth, Said b. al-Musayyib, Said b. Said al-Maqbariy, dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abu Hazim adalah Usamah b. Zaid al-Laitsiy, Hammad b. Zaid, Hammad b. Salamah, Abdul Aziz putranya sendiri dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Abu Hazim adalah sebagai berikut: Yahya b. Ma’in tsiqah, Abu Hatim, al-Nasa’I dan al-Ijli menilainya “Tsiqatun, rajulun sholihun”, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah, penilaian ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abu Hazim dengan Muslim b. Qurth  karena  pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid. dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abbad b. Tamim dengan Muslim b. Qurth
Abdul Aziz b. Abu Hazim
            Nama lengkapnya adalah Abdul Aziz b. Abu Hazim b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kedelapan (Thabaqat al-wutha min atba’ al-Tabi’in) wafat tahun 184 H., masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah. Abdul Aziz menerima hadits dari Abu Hazim bapaknya sendiri, Zaeid b. Aslam, Katsir b. Zaeid dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah Ibrahin b. Hammad, Khalaf b. Hisyam al-bazar, Qutaibah b. Said, Ya;qub b. Ibrahim, dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Shodduq, Ibn ma’in mengatakan Tsiqah, kadang-kadang Ibn ma’in mengatakan Shodduqun laisa bihi ba’sun, Ahmad b. Hanbal mengatakan: dia Cuma menerima hadits dari bapaknya, al-Ijli menilainya “Tsiqatun. penilaian ini menunjukkan bahwa Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini  Abdul Aziz b. Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abdul Aziz b. Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abdullah b. Zaied karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abu Hazim.
Suraij
            Nama lengkapnya adalah Suraij b. Nu’man b. Marwan al-Jauhari, Kunyahnya Abu Husen wafat tahun 217 H. Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kesepuluh (Thabaqat Kubbar al-akhidz min atba’ al-Tabi’in), masuk dalam rijal al-Bukhori, al-Turmudzi, al-Nasa’I dan Ibn majah.
            Suraij menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim, Abdullah b. wahhab, Abdullah b. Raja’ al-Makkiy, Hasyim b. Basyir dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Suraij diantaranya adalah: al-Bukhori, Ahmad b. Hanbal, Ahmad b.Khaitsamah, Ahmad b. Zakariya, Abu Hatim Muhammad al-Raziy dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Suraij adalah sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Tsiqatun Yahimmu Qalilan, al-Dzahabiy Tsiqatun ‘Alimun, al-Nasa’I Laisa bihi Ba’sun, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah. penilaian ini menunjukkan bahwa Suraij adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Suraij memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Suraij sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Suraij
dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Suraij dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim.
Ahmad b. Hanbal
            Nama lengkapnya Ahmad b. Muhammad b. Hanbal b. Hilal b. Asad a-Syaibani, Kunyahnya adalah Abu Abdullah, lahir di Baghdad pada tahun 164 H. wafat tahun 241 H. Masuk Tabaqah kesepuluh, Thabaqat Kubbar al-Ἆkhidzin ‘an Tubu’ al-Atba’.
            Ahmad b. Hanbal menerima hadits dari Ibrahim b. Khalid al-Shan’ἆni, Ibrahim b. Sa’ad al-Zuhriy, Ibrahim b. Syamas al-Samarqandiy, Ismail b. Aliyah, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain. Sedangkan orang yang menerima hadits dari Ahmad b. Hanbal diantaranya adalah: al-Bukhariy, Muslim, Abu Daud, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain.

E. Analisis Sanad Hadits


E. Analisis Sanad Hadits
            Hadits yang diteliti sanadnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari jalur Suraij berpangkal pada A’isyah ra, Data-data periwayatanya adalah sebagai berikut:
Urwah b. Zubair
            Nama lengkapnya adalah Urwah b. Zubair b. Awam b. Khulaid al-Qurasyi al-Asadiy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat ketiga (Thabaqat al-Wustha al-Tabi’in) wafat tahun 94 H. masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
            Urwah b. Zubair menerima hadits dari Usamah b. Zaid, Basyir b. Sa’ad, Zaid b. Tsabit, Abdullah b. Abbas, Abdullah b. Umar, Abdullah b. Amr b. Ash, Ali b. Abi Thalib, A’isyah dan lain-lain. Sedangkan orang yang menerima hadits dari Urwah b. Zubair  diantaranya adalah: Habib b. Abi Tsabit, Sa’id b. Khalid, Abdullah b. Urwah b. Zubair, Muslim b. Qurth dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Urwah b. Zubair adalah sebagai berikut:  Ibn hajar mengomentarinya “tsiqatun”, al-Ijli menilainya “madaniyun, tabi’iyyun tsiqatun”, Abu Hatim al-Raziy tidak komentar pasti terhadap pribadi Urwah b. Zubair Cuma menegaskan bahwa “عن أبيه : عروة بن الزبير عن على مرسل”, Ibn Hibban mengomentarinya: “Urwah b. Zubair termasuk intlektual kota Madinah” penilaian ini menunjukkan bahwa Urwah b. Zubair adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Urwah b. Zubair memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Urwah b. Zubair sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah ra, karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah ra.
Muslim b. Qurth
            Nama lengkapnya adalah Muslim b. Qurth al-Hijaziy al-Madaniy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat keenam (Thabaqat al-lazdina a-sharu sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, masuk dalam rijal Abu Daud dan al-Tirmidzi, al-Nasa’I.
            Muslim b. Qurth hanya menerima hadits dari Urwah b. Zubair, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Muslim b. Qurth adalah Abu Hazimyaitu Salamah b. Dinar saja. Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Muslim b. Qurth adalah sebagai berikut:  Ibn hajar mengomentarinya “maqbul”, Ibn Hibban memasukanya dalam orang-orang yang tsiqah, akan Tetpi dia melakukan kesalahan”. penilaian ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Muslim b. Qurth memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Muslim b. Qurth sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair .
Abu Hazim
             Nama lengkapnya adalah Salamah b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kelima (Thabaqat sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, Cuma ada yang mengatakan wafat disaat kalifah al-Mansur, masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
            Abu Hazim menerima hadits dari Muslim b. Qurth, Said b. al-Musayyib, Said b. Said al-Maqbariy, dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abu Hazim adalah Usamah b. Zaid al-Laitsiy, Hammad b. Zaid, Hammad b. Salamah, Abdul Aziz putranya sendiri dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Abu Hazim adalah sebagai berikut: Yahya b. Ma’in tsiqah, Abu Hatim, al-Nasa’I dan al-Ijli menilainya “Tsiqatun, rajulun sholihun”, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah, penilaian ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abu Hazim dengan Muslim b. Qurth  karena  pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid. dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abbad b. Tamim dengan Muslim b. Qurth
Abdul Aziz b. Abu Hazim
            Nama lengkapnya adalah Abdul Aziz b. Abu Hazim b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kedelapan (Thabaqat al-wutha min atba’ al-Tabi’in) wafat tahun 184 H., masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah. Abdul Aziz menerima hadits dari Abu Hazim bapaknya sendiri, Zaeid b. Aslam, Katsir b. Zaeid dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah Ibrahin b. Hammad, Khalaf b. Hisyam al-bazar, Qutaibah b. Said, Ya;qub b. Ibrahim, dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Shodduq, Ibn ma’in mengatakan Tsiqah, kadang-kadang Ibn ma’in mengatakan Shodduqun laisa bihi ba’sun, Ahmad b. Hanbal mengatakan: dia Cuma menerima hadits dari bapaknya, al-Ijli menilainya “Tsiqatun. penilaian ini menunjukkan bahwa Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini  Abdul Aziz b. Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abdul Aziz b. Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abdullah b. Zaied karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abu Hazim.
Suraij
            Nama lengkapnya adalah Suraij b. Nu’man b. Marwan al-Jauhari, Kunyahnya Abu Husen wafat tahun 217 H. Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kesepuluh (Thabaqat Kubbar al-akhidz min atba’ al-Tabi’in), masuk dalam rijal al-Bukhori, al-Turmudzi, al-Nasa’I dan Ibn majah.
            Suraij menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim, Abdullah b. wahhab, Abdullah b. Raja’ al-Makkiy, Hasyim b. Basyir dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Suraij diantaranya adalah: al-Bukhori, Ahmad b. Hanbal, Ahmad b.Khaitsamah, Ahmad b. Zakariya, Abu Hatim Muhammad al-Raziy dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Suraij adalah sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Tsiqatun Yahimmu Qalilan, al-Dzahabiy Tsiqatun ‘Alimun, al-Nasa’I Laisa bihi Ba’sun, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah. penilaian ini menunjukkan bahwa Suraij adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Suraij memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Suraij sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Suraij
dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Suraij dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim.
Ahmad b. Hanbal
            Nama lengkapnya Ahmad b. Muhammad b. Hanbal b. Hilal b. Asad a-Syaibani, Kunyahnya adalah Abu Abdullah, lahir di Baghdad pada tahun 164 H. wafat tahun 241 H. Masuk Tabaqah kesepuluh, Thabaqat Kubbar al-Ἆkhidzin ‘an Tubu’ al-Atba’.
            Ahmad b. Hanbal menerima hadits dari Ibrahim b. Khalid al-Shan’ἆni, Ibrahim b. Sa’ad al-Zuhriy, Ibrahim b. Syamas al-Samarqandiy, Ismail b. Aliyah, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain. Sedangkan orang yang menerima hadits dari Ahmad b. Hanbal diantaranya adalah: al-Bukhariy, Muslim, Abu Daud, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain.

E. Analisis Sanad Hadits


E. Analisis Sanad Hadits
            Hadits yang diteliti sanadnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari jalur Suraij berpangkal pada A’isyah ra, Data-data periwayatanya adalah sebagai berikut:
Urwah b. Zubair
            Nama lengkapnya adalah Urwah b. Zubair b. Awam b. Khulaid al-Qurasyi al-Asadiy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat ketiga (Thabaqat al-Wustha al-Tabi’in) wafat tahun 94 H. masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
            Urwah b. Zubair menerima hadits dari Usamah b. Zaid, Basyir b. Sa’ad, Zaid b. Tsabit, Abdullah b. Abbas, Abdullah b. Umar, Abdullah b. Amr b. Ash, Ali b. Abi Thalib, A’isyah dan lain-lain. Sedangkan orang yang menerima hadits dari Urwah b. Zubair  diantaranya adalah: Habib b. Abi Tsabit, Sa’id b. Khalid, Abdullah b. Urwah b. Zubair, Muslim b. Qurth dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Urwah b. Zubair adalah sebagai berikut:  Ibn hajar mengomentarinya “tsiqatun”, al-Ijli menilainya “madaniyun, tabi’iyyun tsiqatun”, Abu Hatim al-Raziy tidak komentar pasti terhadap pribadi Urwah b. Zubair Cuma menegaskan bahwa “عن أبيه : عروة بن الزبير عن على مرسل”, Ibn Hibban mengomentarinya: “Urwah b. Zubair termasuk intlektual kota Madinah” penilaian ini menunjukkan bahwa Urwah b. Zubair adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Urwah b. Zubair memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Urwah b. Zubair sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah ra, karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah ra.
Muslim b. Qurth
            Nama lengkapnya adalah Muslim b. Qurth al-Hijaziy al-Madaniy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat keenam (Thabaqat al-lazdina a-sharu sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, masuk dalam rijal Abu Daud dan al-Tirmidzi, al-Nasa’I.
            Muslim b. Qurth hanya menerima hadits dari Urwah b. Zubair, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Muslim b. Qurth adalah Abu Hazimyaitu Salamah b. Dinar saja. Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Muslim b. Qurth adalah sebagai berikut:  Ibn hajar mengomentarinya “maqbul”, Ibn Hibban memasukanya dalam orang-orang yang tsiqah, akan Tetpi dia melakukan kesalahan”. penilaian ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Muslim b. Qurth memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Muslim b. Qurth sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair .
Abu Hazim
             Nama lengkapnya adalah Salamah b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kelima (Thabaqat sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, Cuma ada yang mengatakan wafat disaat kalifah al-Mansur, masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
            Abu Hazim menerima hadits dari Muslim b. Qurth, Said b. al-Musayyib, Said b. Said al-Maqbariy, dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abu Hazim adalah Usamah b. Zaid al-Laitsiy, Hammad b. Zaid, Hammad b. Salamah, Abdul Aziz putranya sendiri dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Abu Hazim adalah sebagai berikut: Yahya b. Ma’in tsiqah, Abu Hatim, al-Nasa’I dan al-Ijli menilainya “Tsiqatun, rajulun sholihun”, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah, penilaian ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abu Hazim dengan Muslim b. Qurth  karena  pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid. dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abbad b. Tamim dengan Muslim b. Qurth
Abdul Aziz b. Abu Hazim
            Nama lengkapnya adalah Abdul Aziz b. Abu Hazim b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kedelapan (Thabaqat al-wutha min atba’ al-Tabi’in) wafat tahun 184 H., masuk dalam rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah. Abdul Aziz menerima hadits dari Abu Hazim bapaknya sendiri, Zaeid b. Aslam, Katsir b. Zaeid dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah Ibrahin b. Hammad, Khalaf b. Hisyam al-bazar, Qutaibah b. Said, Ya;qub b. Ibrahim, dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Shodduq, Ibn ma’in mengatakan Tsiqah, kadang-kadang Ibn ma’in mengatakan Shodduqun laisa bihi ba’sun, Ahmad b. Hanbal mengatakan: dia Cuma menerima hadits dari bapaknya, al-Ijli menilainya “Tsiqatun. penilaian ini menunjukkan bahwa Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini  Abdul Aziz b. Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abdul Aziz b. Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abdullah b. Zaied karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abu Hazim.
Suraij
            Nama lengkapnya adalah Suraij b. Nu’man b. Marwan al-Jauhari, Kunyahnya Abu Husen wafat tahun 217 H. Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kesepuluh (Thabaqat Kubbar al-akhidz min atba’ al-Tabi’in), masuk dalam rijal al-Bukhori, al-Turmudzi, al-Nasa’I dan Ibn majah.
            Suraij menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim, Abdullah b. wahhab, Abdullah b. Raja’ al-Makkiy, Hasyim b. Basyir dan lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Suraij diantaranya adalah: al-Bukhori, Ahmad b. Hanbal, Ahmad b.Khaitsamah, Ahmad b. Zakariya, Abu Hatim Muhammad al-Raziy dan lain-lain.
            Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Suraij adalah sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Tsiqatun Yahimmu Qalilan, al-Dzahabiy Tsiqatun ‘Alimun, al-Nasa’I Laisa bihi Ba’sun, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah. penilaian ini menunjukkan bahwa Suraij adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
            Dalam sanad ini Suraij memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Suraij sebagai seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Suraij
dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Suraij dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim.
Ahmad b. Hanbal
            Nama lengkapnya Ahmad b. Muhammad b. Hanbal b. Hilal b. Asad a-Syaibani, Kunyahnya adalah Abu Abdullah, lahir di Baghdad pada tahun 164 H. wafat tahun 241 H. Masuk Tabaqah kesepuluh, Thabaqat Kubbar al-Ἆkhidzin ‘an Tubu’ al-Atba’.
            Ahmad b. Hanbal menerima hadits dari Ibrahim b. Khalid al-Shan’ἆni, Ibrahim b. Sa’ad al-Zuhriy, Ibrahim b. Syamas al-Samarqandiy, Ismail b. Aliyah, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain. Sedangkan orang yang menerima hadits dari Ahmad b. Hanbal diantaranya adalah: al-Bukhariy, Muslim, Abu Daud, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain.