E. Analisis Sanad
Hadits
Hadits yang diteliti sanadnya adalah hadits yang
diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dari jalur Suraij berpangkal pada A’isyah ra,
Data-data periwayatanya adalah sebagai berikut:
Urwah b. Zubair
Nama lengkapnya adalah Urwah b. Zubair b. Awam b. Khulaid
al-Qurasyi al-Asadiy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat ketiga (Thabaqat
al-Wustha al-Tabi’in) wafat tahun 94 H. masuk dalam rijal al-Bukhori,
Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
Urwah b. Zubair menerima hadits dari Usamah b. Zaid,
Basyir b. Sa’ad, Zaid b. Tsabit, Abdullah b. Abbas, Abdullah b. Umar, Abdullah
b. Amr b. Ash, Ali b. Abi Thalib, A’isyah dan lain-lain. Sedangkan orang yang
menerima hadits dari Urwah b. Zubair
diantaranya adalah: Habib b. Abi Tsabit, Sa’id b. Khalid, Abdullah b.
Urwah b. Zubair, Muslim b. Qurth dan lain-lain.
Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Urwah b.
Zubair adalah sebagai berikut: Ibn hajar
mengomentarinya “tsiqatun”, al-Ijli menilainya “madaniyun, tabi’iyyun tsiqatun”,
Abu Hatim al-Raziy tidak komentar pasti terhadap pribadi Urwah b. Zubair Cuma
menegaskan bahwa “عن أبيه : عروة بن الزبير عن على مرسل”, Ibn Hibban mengomentarinya: “Urwah b.
Zubair termasuk intlektual kota Madinah” penilaian ini
menunjukkan bahwa Urwah b. Zubair adalah orang yang dhabit dan adil sehingga
haditsnya dapat dinilai sahih.
Dalam sanad ini Urwah b. Zubair memakai syimbol
periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode
al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang
mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada
kritikus hadits yang menilai Urwah b. Zubair sebagai seorang mudallis. Data
diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Urwah b. Zubair dengan A’isyah
ra, karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan
guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Urwah
b. Zubair dengan A’isyah ra.
Muslim b. Qurth
Nama lengkapnya adalah Muslim b. Qurth al-Hijaziy
al-Madaniy, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat keenam (Thabaqat al-lazdina
a-sharu sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun wafatnya, masuk dalam
rijal Abu Daud dan al-Tirmidzi, al-Nasa’I.
Muslim b. Qurth hanya menerima hadits dari Urwah b.
Zubair, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Muslim b. Qurth adalah Abu
Hazimyaitu Salamah b. Dinar saja. Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Muslim
b. Qurth adalah sebagai berikut: Ibn
hajar mengomentarinya “maqbul”, Ibn Hibban memasukanya dalam orang-orang yang tsiqah,
akan Tetpi dia melakukan kesalahan”. penilaian ini
menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga
haditsnya dapat dinilai sahih.
Dalam sanad ini Muslim b. Qurth memakai syimbol
periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode
al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang
mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada
kritikus hadits yang menilai Muslim b. Qurth sebagai seorang mudallis. Data
diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Muslim b. Qurth dengan Urwah
b. Zubair karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki
hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan
sanad antara Muslim b. Qurth dengan Urwah b. Zubair .
Abu Hazim
Nama lengkapnya
adalah Salamah b. Dinar Abu Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat
kelima (Thabaqat sighar al-Tabi’in) tidak diketahui tahun
wafatnya, Cuma ada yang mengatakan wafat disaat kalifah al-Mansur, masuk dalam
rijal al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah.
Abu Hazim menerima hadits dari Muslim b. Qurth, Said b.
al-Musayyib, Said b. Said al-Maqbariy, dan lain-lain, Sedangkan orang yang
menerima hadits dari Abu Hazim adalah Usamah b. Zaid al-Laitsiy, Hammad b.
Zaid, Hammad b. Salamah, Abdul Aziz putranya sendiri dan lain-lain.
Penilaian
kritikus hadits terhadap pribadi Abu Hazim adalah sebagai berikut: Yahya b.
Ma’in tsiqah, Abu Hatim, al-Nasa’I dan al-Ijli menilainya “Tsiqatun, rajulun
sholihun”, Ibn Hibban memasukanyadalam orang-orang yang tsiqah, penilaian
ini menunjukkan bahwa Abbad b. Tamim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga
haditsnya dapat dinilai sahih.
Dalam sanad ini Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an,
syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’
(mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan
dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus
hadits yang menilai Abu Hazim sebagai seorang mudallis. Data diatas juga
memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abu Hazim dengan Muslim b. Qurth karena pernah
satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid.
dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan sanad antara Abbad b. Tamim
dengan Muslim b. Qurth
Abdul Aziz b. Abu Hazim
Nama lengkapnya adalah Abdul Aziz b. Abu Hazim b. Dinar Abu
Hazim al-A’raj, Ibn Hajar memasukanya Thabaqat kedelapan (Thabaqat
al-wutha min atba’ al-Tabi’in) wafat tahun 184 H., masuk dalam rijal
al-Bukhori, Muslim, Abu Daud al-Tirmidzi, al-Nasa’I dan Ibn Majah. Abdul Aziz menerima
hadits dari Abu Hazim bapaknya sendiri, Zaeid b. Aslam, Katsir b. Zaeid dan
lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah
Ibrahin b. Hammad, Khalaf b. Hisyam al-bazar, Qutaibah b. Said, Ya;qub b.
Ibrahim, dan lain-lain.
Penilaian
kritikus hadits terhadap pribadi Abdul Aziz b. Abu Hazim adalah sebagai
berikut: Ibn Hajar menilainya Shodduq, Ibn ma’in mengatakan Tsiqah,
kadang-kadang Ibn ma’in mengatakan Shodduqun laisa bihi ba’sun, Ahmad b. Hanbal
mengatakan: dia Cuma menerima hadits dari bapaknya, al-Ijli menilainya
“Tsiqatun. penilaian ini menunjukkan bahwa Abdul Aziz b. Abu
Hazim adalah orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
Dalam sanad ini Abdul
Aziz b. Abu Hazim memakai syimbol periwayatan ‘an, syimbol periwayatan ‘an bisa
dihukumi sama dengan metode al-Sama’ (mendengar langsung dari gurunya), jika
perawinya bukan seorang mudallis dan dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut
data diatas, tidak ada kritikus hadits yang menilai Abdul Aziz b. Abu Hazim sebagai
seorang mudallis. Data diatas juga memungkinkan terjadinya pertemuan antara Abdul
Aziz b. Abu Hazim dengan Abdullah b. Zaied karena pernah satu negari dan satu
masa, dan juga terdata memiliki hubungan guru dan murid dengan demikian bisa
dikatakan adanya persambungan sanad antara Abdul Aziz b. Abu Hazim dengan Abu
Hazim.
Suraij
Nama lengkapnya adalah Suraij b. Nu’man b. Marwan
al-Jauhari, Kunyahnya Abu Husen wafat tahun 217 H. Ibn Hajar memasukanya Thabaqat
kesepuluh (Thabaqat Kubbar al-akhidz min atba’ al-Tabi’in), masuk
dalam rijal al-Bukhori, al-Turmudzi, al-Nasa’I dan Ibn majah.
Suraij menerima hadits dari Abdul Aziz b. Abu Hazim,
Abdullah b. wahhab, Abdullah b. Raja’ al-Makkiy, Hasyim b. Basyir dan
lain-lain, Sedangkan orang yang menerima hadits dari Suraij diantaranya adalah:
al-Bukhori, Ahmad b. Hanbal, Ahmad b.Khaitsamah, Ahmad b. Zakariya, Abu Hatim
Muhammad al-Raziy dan lain-lain.
Penilaian kritikus hadits terhadap pribadi Suraij adalah
sebagai berikut: Ibn Hajar menilainya Tsiqatun Yahimmu Qalilan, al-Dzahabiy
Tsiqatun ‘Alimun, al-Nasa’I Laisa bihi Ba’sun, Ibn Hibban memasukanyadalam
orang-orang yang tsiqah. penilaian ini menunjukkan bahwa Suraij adalah
orang yang dhabit dan adil sehingga haditsnya dapat dinilai sahih.
Dalam sanad ini Suraij memakai syimbol periwayatan ‘an,
syimbol periwayatan ‘an bisa dihukumi sama dengan metode al-Sama’
(mendengar langsung dari gurunya), jika perawinya bukan seorang mudallis dan
dimungkinkan terjadinya pertmuan. menurut data diatas, tidak ada kritikus
hadits yang menilai Suraij sebagai seorang mudallis. Data diatas juga
memungkinkan terjadinya pertemuan antara Suraij
dengan Abdul Aziz b. Abu
Hazim karena pernah satu negari dan satu masa, dan juga terdata memiliki
hubungan guru dan murid dengan demikian bisa dikatakan adanya persambungan
sanad antara Suraij dengan Abdul Aziz b. Abu Hazim.
Ahmad b. Hanbal
Nama lengkapnya Ahmad b. Muhammad b. Hanbal b. Hilal b.
Asad a-Syaibani, Kunyahnya adalah Abu Abdullah, lahir di Baghdad pada tahun 164
H. wafat tahun 241 H. Masuk Tabaqah kesepuluh, Thabaqat Kubbar al-Ἆkhidzin ‘an
Tubu’ al-Atba’.
Ahmad b. Hanbal menerima hadits dari Ibrahim b. Khalid
al-Shan’ἆni, Ibrahim b. Sa’ad al-Zuhriy, Ibrahim b. Syamas al-Samarqandiy,
Ismail b. Aliyah, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain. Sedangkan orang yang
menerima hadits dari Ahmad b. Hanbal diantaranya adalah: al-Bukhariy, Muslim,
Abu Daud, Kahalaf b. Hisyam dan lain-lain.