180
Fasal
I menjelaskan aneka ragam sub-sub bab dan metodologinya
1. Sub-sub bab dalam Sahih Bukhari dan
Muslim
a. Sub-sub bab dalam Sahih al-Bukhari
al-Bukhari mengklasifikasi kitab Sahihnya mrnjadi 79
Kitab dan tiap-tiap kitab itu terbagi menjadi beberapa bab dan ditiap-tiap bab
itu ada title/topic pembahasan terhadap hadit-hadits itu yang bisa diketahui
dengan tarjamah/Sub-sub bab.
sub-sub bab itu beraneka ragam tergantung kejelasan dan
kesamarran indikasi yang ditunjukan sub-sub bab terhadap hadit-hadits, menjadi:
1. Sub-sub bab yang
jelas, yaitu topic pembahasan dalam bab menjelaskan apa yang terkandung dalam
terhadap hadit-hadits itu secara jelas, seorang pembaca tidak membutuhkan
pemikiran yang mendalam untuk mengetahui jalur pengambilan dalil.
2. Sub-sub bab yang
samar, atau istinbatiyah, yaitu, seorang pembaca membutuhkan pemikiran yang
mendalam untuk mengetahui jalur pengambilan dalil topic bab terhadap
hadit-hadits itu.
3. Sub-sub bab yang
lepas, yaitu al-Bukhari cukup menjelaskan topic pembahasan dengan kata “babu”
tanpa menerjamahkan sama sekali.
181
dan al-Bukhari dalam Sub-sub bab yang jelas ataupun Sub-sub
bab yang samar, memiliki beberapa metode yang sering digunakan dalam bentuk Sub-sub
bab itu, yang dipenuhi dengan ijtihad fiqhiyah yang sulit difahami dan sukar
dimengerti oleh akal dan nalar.
Ibnu Hajar berkata:
kami akan menjelaskan rumus yang mencakup penjelasan aneka ragam sub-sub
bab itu yaitu yang yang jelas dan yang samar.
1. Yang pertama yaitu yang jelas, maka bukan
tujuan kami menjelaskanya disini, yaitu sub-sub bab itu harus menunjukkan hal
yang sesuai dengan apa yang terkandung didalamnya, dan faidahnya adalah,
pemberi tahuan apa yang dibahas dalam bab itu tanpa memberi ungkapan terhadap
faidah itu, seaka-akan al-Bukhari berkata: “Inilah bab yang menjelaskan……”
atau berkata: “Inilah bab yang menjelaskan dalil hukum…… misalnya”
Contohnya: al-Bukhari berkata: “Inilah bab yang
menjelaskan tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat ansar” kemudian
al-Bukhari mentakhrij hadits Anas ra. yaitu hadits marfu’ “Tanda-tanda
keimanan adalah mencintai sahabat ansar dan tanda-tanda kemunafikan adalah
membenci sahabat ansar”
dan dalam sub ini Ibnu Hajar berkata, kadang-kadang sub
bab itu dijelaskan dengan “al-Murtajam lahu” (Objek pembahasan),
sebagian saja atau dengan artinya saja.
182
Contoh sub bab yang dijelaskan dengan “al-Murtajam
lahu” (Objek pembahasan) adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang
menjelaskan sabda Nabi saw. “ Allhuma ‘allimhu al-kiaba”, kemudian al-Bukhari
mentakhrij hadits ibn Abbas ra. “ rasulullah memelukku dan bersabda “Allhuma
‘allimhu al-kiaba”.
Contoh sub bab yang dijelaskan dengan sebagian saja
adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan “ Man yuridi
alllahu bihi kharan Yufaqqihu fi al-Din” kemudian al-Bukhari mentakhrij
hadits Muawiyah ra. yaitu hadits marfu’ “Man yuridi alllahu bihi
kharan Yufaqqihu fi al-Di,…..n lanjutkan sendiri haditsnya”
Contoh
sub bab itu dijelaskan dengan artinya saja adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah
bab yang menjelaskan bersuka cita dengan ilmu dan hikmah” kemudian
al-Bukhari mentakhrij hadits ibn Mas’ud ra. yaitu hadits marfu’ “ La hasada
illa fi Istnatain……. lanjutkan sendiri haditsnya bos”
Maka kata “hasada” disini diartikan bersuka cita
inilah yang ditarjamahkan al-Bukhari.
Dan dari Sub-sub
bab yang jelas ini al-Bukhari kadang-kadang memakai metode “Istifham”
(bertanya)
Ibnu Hajar berkata:
Kebanyakan al-Bukhari memakai Sub-sub itu dengan metode “Istifham”
(bertanya), seperti perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan
apakah…..? atau “Inilah bab yang menjelaskan apakah orang berkata…..?
dll. hal tersebut dilakukan al-Bukhari, apabila tidak ada kepastian dengan
salah satu dari dua kemungkinan, tujuanya adalah menjelasakan apakah hukum itu
ditetapkan atau tidak, kemudian al-Bukhari menerjamahkan dengan hukum itu dan
kemudia ditafsirkan denga penetapanya atau tidak, atau bisa jadi kedua-duanya
sama-sama memungkinkan, akan tetapi kadang-kadang salah satunya lebih jelas,
tujuanya adalah membiarkan pemikiran tetap jalan dan mengingatkan bahwa disitu
ada kemungkinan- kemungkinan atau pertentangan yang wajib menangguhkan kalau
diyakini disitu ada kemujmalan (kesamaran) atau objek penelitianya masih
diperselisihkan dalam mencari dalil.
183
Contoh sub bab yang jelaskan memakai metode “Istifham”
(bertanya) adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan, apakah
boleh satu hari ada kajian ilmu
bagiperempuan?”
Dan dari Sub-sub
bab yang jelas ini al-Bukhari kadang-kadang memakai metode “Iqtibas”
(mengutip), maka al-Bukhari mengutip sebuah ayat, hadits atau atsar.
Ibnu Hajar berkata:
Kadang-kadang al-Bukhari memakai Sub-sub itu langsung dari teks hadits
yang tidak memenuhi syarat sahihnya, atau menampilkan bersama Sub-sub itu atsar atau ayat, seakan-akan al-Bukhari
berkata: Dalam bab ini tidak ada satupun hadits yang memenuhi syarat sahih.
Inilah! daan Dr. Nurudin atr menjelaskan dua metode yang
lain dalam masalah Sub-sub bab, yaitu:
1. Metode peletakan
Sub-sub bab dengan bentuk kabar umum, yaitu Sub-sub bab itu merupakan
ungkapan yang menandakan apa yang terkandung dalam bab dengan bentuk khabar
yang umum yang memungkinkan beberpa jalur, lalu Sub-sub bab itu menunjukan apa
yang dicakup oleh bab itu dengan jalur umum kemudian menentukan tujuan bab itu
dengan menyebut hadits bab.
Contohya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang
menjelaskan mengusap sepatu” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits
yang menunjukkan disyari’ataknya mengusap sepatu saja, dengan Sub-sub bab umum
yang memungkinkan beberapa hal seperti disyari’ataknya mengusap sepatu, cara
mengusap sepatu, waktu mengusap sepatu, dll.
184
2. Metode peletakan
Sub-sub bab dengan bentuk kabar khusus dengan permasalahan bab tanpa ada
indikasi adanya kemungkinan-kemungkianan yang lain, Contohnya: perkataan al-Bukhari,
“Inilah bab yang menjelaskan wudu’ beberapa kali” kemudian al-Bukhari
mentakhrij hadits ibn Abbas ra. dia berkata: “Nabi saw. berwudu’ beberapa
kali”
Dalam hal ini al-Bukhari kadang-kadang menggabung beberap
metode dalam satu Sub bab.
2. Yang kedua yaitu yang samar
Salah satu dari metode al-Bukhari
adalah apa yang disebutkan Ibnu Hajar yaitu: terkadang al-Bukhari memakai
Metode peletakan Sub-sub bab mengandung
kemungkinan-kemungkianan yang lebih satu arti, kemudian ditentukan salah
satunya dengan menyebut hadits setelahnya.
Artinya, al-Bukhari menampilkan Sub-sub bab dengan corak yang umum, yang
mengandung kemungkinan-kemungkianan yang lebih satu arti, kemudian al-Bukhari
menjelaskan satu hadits dalam bab yang menjelaskan tujuan dari Sub-sub bab
tanpa ada kemungkinan yang lainya.
Contohya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan
kecing dan tempat menyipuhkan kaki unta, hewan-hewan, dan kambing, ini adalah Sub-sub bab umum yang
mengandung kemungkinan yang dimaksud adalah membasuh kencingya, atau memakai
kencing itu sebagai obat, atau yang lain.
Maka al-Bukhari mentakhrij hadits yang menunjukkan tujuan
dari sub bab yaitu hadits Ansa ra. dia
berkata: Qadima al-Nasumin ‘Iklin………..tulis dewi bos!
Ibnu Hajar berkata: kadang ditemukan juga kebalikan
diatas, yaitu hadits itu mengandung kemungkinan-kemungkianan kemudian Sub-sub
bab menjelaskan tujuan dari hadits tanpa ada kemungkinan yang lainya. Sub-sub
bab seperti ini unruk memjelaskan takwil dari hadits itu, posisinya sama dengan
perkataan ulam fiqih, misalnya, yang dimaksud dengan hadits ini adalah umum
yang khusus, atau khusus yang umum, agar diketahui kalau disana ada illat yang
mencakup, atau menunjukkan bahwa kekhususan itu yang dimaksud adalah apa yang
lebih umum dari apa yang tunjukan zdahirnya hadit dengan cara lebih tinggi atau
lebih rendah, hal itu dibahas dalam bab mutlak, muqayyad, seperti masalah khas
dan am, juga dalam menjelaskan hal yang suli, menafsirkan yang samar, takwil
yang dzahir, tafsil al-Mujmal, topic iini adalah yang paling sulit dalam
masalah sub bab dalam kitab ini. Karena itulah terkenal dikalangan ulama sebuah
ungkapan “ fiqih al-bukhari dalam sub-sub babnya.
Contohnya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan
imam membaca amin dengan nyaring” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits
Abu Hurairah ra. Hadits marfu’, “ Izda ammana al-Imamu………
ini adalah sub-sub bab yang khusus imam membaca amin
dengan nyaring, dan disitu tidak ada penjelasan yang nyata membaca amin dengan
nyaring, dengan catatan bahwa hadits itu memungkinkan kesana, maka disini
fungsi sub bab adalah menghilangkan memungkinkan- memungkinkan itu.
Dan dari Sub-sub
bab yang samar ini al-Bukhari kadang-kadang memakai metode, apa yang disebutkan
Ibnu Hajar yaitu: terkadang al-Bukhari memakai Metode menampilkan perkara yang
jelas sedikit faidahnya, akan tetapi kalu dipikir dengan jernih maka akan
menemukan faidah yang lebih bermanfaat, seperti
perkataan al-Bukhari“Inilah bab yang menjelaskan perkataan
seoarng laki-laki dalam hadits azan“ Kami tidak sholat” al-Bukhari member
isyarat menolak orang yang mengatakan makruh sholat dwktu azan, contohnya lagi:
perkataan al-Bukhari“Inilah bab yang menjelaskan perkataan seoarng
laki-laki dalam hadits azan“kami tidak menjwab azan karena sholat” al-Bukhari
member isyarat menolak orang yang mengatakan kemutlakan lafal itu, yaitu ibn
sirin.
186
Mnurut al-Dahlawi, hal diatas dilakukan al-Bukhari kerena
mengikor pada Abdurrozaq dan ibn Abi Syaibah, dalam sub-sub bab buku keduanya, Karen ditemukan atsar
al-Sahabat dan tabi’in dalam buku
keduanya, hal ini tidak ada manfaat bagi orang yang belum mendalami dua buku
tersebut.
Inilah! dan Dr. Nurudin atr menjelaskan dua metode yang
lain dalam masalah Sub-sub bab yamg samar, yaitu:
1. sub-sub bab mengandung hukum yang bertambahdari pada
apa yang ditunjukan hadits, karena memang ditemukan hal seperti itu melalui
jalur yang lain.
Contohnya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan
bernyanyi dalam masjid” al-Bukhari mentakhrij hadits Abu Salmah bin
Abdurrahman……….
Ibnu Hajar berkata, mengutip perkataan ibn Battol, dalam
hadits diatas tidak ada penjelasan bahwa Hassan bernyanyi dalam masjid didepan
Nabi saw. akan tetapi riwayat al-Bukhari yang menjelaskan awal penciptaan dari jalur Sa’id, menunjukan
bawa sabda Nabi saw. kepada Hassan, “Ajib ‘anni” itu didalam masjid dan
dia bernyanyi seperti halnya orang musyrikmenjwab.
187
2. kondisi sub-sub bab melalui jalan penyimpulan karena
ada hubungan kelaziman.
Contohnya: perkataan
al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan ahli ilmu dan fadol lebih
hak diangkat imam, al-Bukhari mentakhrij hadits sakitnya Nabi saw. dan
mengganti Abu Bakar untuk jadi imam,dengan jalur yang banyak dengan lafal yang
hamper sama dan disitu ada perkataan Aisyah “………………”
maka Nabi saw. mendahulukan orang yang nyaring dan kuat
suaranya, dan sudah diketahui kalau Abu bakar adalah sahabat yang paling tinggi
ilmu dan keistimewaanya, seperti dalil2 yang lain yang tidak dibahsa disini,
maka sudah jelas bahwa mengedepankan sesorang adalah karena ilmu dan keistimewaanya,
seperti halnya al-Bukhari menjadikanya
sebagai sub-sub bab.
3. sub-sub bab yang lepas yaitu perkataan al-Bukhari,
“Inilah bab yang menjelaskan: bercerita kepada kami fulan, tanpa
menjelaskan title/topic dari bagi bab, dan al-Bukhari menampilkan dalam sub-sub
bab yang lepas ini pada beberpa hadits yang ada kaitan dengan bab–bab yan
mendahuluinya, maka posisi sub-sub bab yang lepas merupakan pemisah dari bab sebelumnya Cuma ada keterkaitan.
Ini adalah hal yang lebih diominan, dan kadang-kadang
juga hadits2 dalam sub-sub bab yang lepas ada kaitanya dengan bab itu bukan
dengan bab yan mendahuluinya, akan tetapi sedikit.
sub-sub bab yang lepas sedikit sekali apabila disbanding
dengan Sub-sub bab yang jelas dan Sub-sub bab yang samar, kami menghimpunya
dalam kitab al-iman ada dua sub-sub bab yang lepas, yaitu bab 18 dan 38 dalam
urutan kitab fath al-bariy, dalam kitab al-Tayammum ada dua juga, dalam kitab
al-shalat ada tiga saja yaitu bab 55,79 dan 97.
278
untuk menghipun sub-sub bab yang lepas dala sahih
al-Bukhariy lebih gampang memakai fihras/daftar isi dalam kitab Tiasir
al-Manfaat karangan Muhammad Fu’ad Abdulbaqiy.
contoh sub-sub bab yang lepas yang ada kaitan dengan
bab–bab yan mendahuluinya, perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan
bercerita kepada kami abu al-Yaman, dia berkata: mengabarkan kepada kami syua’ib
dari al-Zuhri, , dia berkata: mengabarkan kepadaku Abu Idris…………. terosagi
tibi’ bosssss.
Ibn Hajar berkata: perkataan al-Bukhari” Babun” dalam
riwayat kami tidak ada tarjamah atau sub-sub, kalau tidak dijelaskan sub-sub
bab yang khusus maka termasuk pemisah dengan bab sebelumnya akan tetapi ada
keterkaitan, seperti tradesi para ulama fiqih, jalur keterkaitan dalam bab yang
lalu yaitu “Inilah bab yang menjelaskan tanda-tanda keimanan adalah mencintai
sahabat ansar” adalah: setelah menjelaskan sahabat ansar dalan hadits pertama maka akan member isyarat dalam
hadits kedua, kenapa dan apa sebab dinamakan sahabat ansar, karena hal itu
terjadi pada malam pertam perjanjian Aqabah bersama nabi saw. dimina pada musim
haji.
189
contoh sub-sub bab yang lepas yang bukan pemisah akan
tetapi ada kaitan dengan bab–bab yan mendahuluinya, perkataan al-Bukhari dalam
bab shalat, setelah memasukan onta kedalam masjid karena illat, “Inilah bab
yang menjelaskan. bercerita kepada kami Muhammad al-Mutsanna, dia berkata: bercerita
kepada kami mu’azd bin hisyam, bercerita kepada ku Bapakkuu dari
Qatadah, dia berkata: bercerita kepada kami Anas, bahwa ada dua orang
laki-laki keluar dari sisi nabi saw. dimalam yang gelap, mereka berdua memegang
dua lampu yang menyinari, setelah mereka berpisah maka lampu tersebut dibawa
oleh masing2 mereka hingga sampai pada keluarganya.
Ibn Hajar berkata: perkataan al-Bukhari” Babun” seperti
ini pada dasarnya tidak ada tarjamah atau sub-sub, seakan2 al-Bukhari
memutihkan lalu melnjutka seperti itu, kala perkataan ibn Rusyaid: sesungguhnya
contoh seperti itu kalau terjadi di al-Bukhari maka hal itu sama dengan pemisah
dari bab dan itu bagus kalau diantara bab itu dan bab sebelumnya ada korelasi,
bebeda dengan contoh dalam kasus ini, kalau keterkaitan denga bab-bab masjid,
maka itu termasuk bahwa dua orang laki-laki itu terlambat bersana nabi saw. dimalam
yang gelap karena menunggu shalat isya”.