Selasa, 12 Juni 2012

FADLY


180
Fasal I menjelaskan aneka ragam sub-sub bab dan metodologinya
1. Sub-sub bab dalam Sahih Bukhari dan Muslim
a. Sub-sub bab dalam Sahih al-Bukhari
            al-Bukhari mengklasifikasi kitab Sahihnya mrnjadi 79 Kitab dan tiap-tiap kitab itu terbagi menjadi beberapa bab dan ditiap-tiap bab itu ada title/topic pembahasan terhadap hadit-hadits itu yang bisa diketahui dengan tarjamah/Sub-sub bab.
            sub-sub bab itu beraneka ragam tergantung kejelasan dan kesamarran indikasi yang ditunjukan sub-sub bab terhadap hadit-hadits, menjadi:
1. Sub-sub bab yang jelas, yaitu topic pembahasan dalam bab menjelaskan apa yang terkandung dalam terhadap hadit-hadits itu secara jelas, seorang pembaca tidak membutuhkan pemikiran yang mendalam untuk mengetahui jalur pengambilan dalil.
2. Sub-sub bab yang samar, atau istinbatiyah, yaitu, seorang pembaca membutuhkan pemikiran yang mendalam untuk mengetahui jalur pengambilan dalil topic bab terhadap hadit-hadits itu.
3. Sub-sub bab yang lepas, yaitu al-Bukhari cukup menjelaskan topic pembahasan dengan kata “babu” tanpa menerjamahkan sama sekali.
181
            dan al-Bukhari dalam Sub-sub bab yang jelas ataupun Sub-sub bab yang samar, memiliki beberapa metode yang sering digunakan dalam bentuk Sub-sub bab itu, yang dipenuhi dengan ijtihad fiqhiyah yang sulit difahami dan sukar dimengerti oleh akal dan nalar.
            Ibnu Hajar berkata:  kami akan menjelaskan rumus yang mencakup penjelasan aneka ragam sub-sub bab itu yaitu yang yang jelas dan yang samar.
            1. Yang pertama yaitu yang jelas, maka bukan tujuan kami menjelaskanya disini, yaitu sub-sub bab itu harus menunjukkan hal yang sesuai dengan apa yang terkandung didalamnya, dan faidahnya adalah, pemberi tahuan apa yang dibahas dalam bab itu tanpa memberi ungkapan terhadap faidah itu, seaka-akan al-Bukhari berkata: “Inilah bab yang menjelaskan……” atau berkata: “Inilah bab yang menjelaskan dalil hukum…… misalnya”
            Contohnya: al-Bukhari berkata: “Inilah bab yang menjelaskan tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat ansar” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits Anas ra. yaitu hadits marfu’ “Tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat ansar dan tanda-tanda kemunafikan adalah membenci sahabat ansar”
            dan dalam sub ini Ibnu Hajar berkata, kadang-kadang sub bab itu dijelaskan dengan “al-Murtajam lahu” (Objek pembahasan), sebagian saja atau dengan artinya saja.
            182
            Contoh sub bab yang dijelaskan dengan “al-Murtajam lahu” (Objek pembahasan) adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan sabda Nabi saw. “ Allhuma ‘allimhu al-kiaba”, kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits ibn Abbas ra. “ rasulullah memelukku dan bersabda “Allhuma ‘allimhu al-kiaba”.
            Contoh sub bab yang dijelaskan dengan sebagian saja adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskanMan yuridi alllahu bihi kharan Yufaqqihu fi al-Din” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits Muawiyah ra. yaitu hadits marfu’ “Man yuridi alllahu bihi kharan Yufaqqihu fi al-Di,…..n lanjutkan sendiri haditsnya”
            Contoh sub bab itu dijelaskan dengan artinya saja adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan bersuka cita dengan ilmu dan hikmah” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits ibn Mas’ud ra. yaitu hadits marfu’ “ La hasada illa fi Istnatain……. lanjutkan sendiri haditsnya bos”
            Maka kata “hasada” disini diartikan bersuka cita inilah yang ditarjamahkan al-Bukhari.
            Dan dari  Sub-sub bab yang jelas ini al-Bukhari kadang-kadang memakai metode “Istifham” (bertanya)
            Ibnu Hajar berkata:  Kebanyakan al-Bukhari memakai Sub-sub itu dengan metode “Istifham” (bertanya), seperti perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan apakah…..? atau “Inilah bab yang menjelaskan apakah orang berkata…..? dll. hal tersebut dilakukan al-Bukhari, apabila tidak ada kepastian dengan salah satu dari dua kemungkinan, tujuanya adalah menjelasakan apakah hukum itu ditetapkan atau tidak, kemudian al-Bukhari menerjamahkan dengan hukum itu dan kemudia ditafsirkan denga penetapanya atau tidak, atau bisa jadi kedua-duanya sama-sama memungkinkan, akan tetapi kadang-kadang salah satunya lebih jelas, tujuanya adalah membiarkan pemikiran tetap jalan dan mengingatkan bahwa disitu ada kemungkinan- kemungkinan atau pertentangan yang wajib menangguhkan kalau diyakini disitu ada kemujmalan (kesamaran) atau objek penelitianya masih diperselisihkan dalam mencari dalil.
183
           
            Contoh sub bab yang jelaskan memakai metode “Istifham” (bertanya) adalah perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan, apakah boleh satu hari ada kajian ilmu  bagiperempuan?”
            Dan dari  Sub-sub bab yang jelas ini al-Bukhari kadang-kadang memakai metode “Iqtibas” (mengutip), maka al-Bukhari mengutip sebuah ayat, hadits atau atsar.
            Ibnu Hajar berkata:  Kadang-kadang al-Bukhari memakai Sub-sub itu langsung dari teks hadits yang tidak memenuhi syarat sahihnya, atau menampilkan bersama  Sub-sub itu atsar atau ayat, seakan-akan al-Bukhari berkata: Dalam bab ini tidak ada satupun hadits yang memenuhi syarat sahih.
            Inilah! daan Dr. Nurudin atr menjelaskan dua metode yang lain dalam masalah Sub-sub bab, yaitu:
            1. Metode peletakan  Sub-sub bab dengan bentuk kabar umum, yaitu Sub-sub bab itu merupakan ungkapan yang menandakan apa yang terkandung dalam bab dengan bentuk khabar yang umum yang memungkinkan beberpa jalur, lalu Sub-sub bab itu menunjukan apa yang dicakup oleh bab itu dengan jalur umum kemudian menentukan tujuan bab itu dengan menyebut hadits bab.
            Contohya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan mengusap sepatu” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits yang menunjukkan disyari’ataknya mengusap sepatu saja, dengan Sub-sub bab umum yang memungkinkan beberapa hal seperti disyari’ataknya mengusap sepatu, cara mengusap sepatu, waktu mengusap sepatu, dll.
184
            2. Metode peletakan  Sub-sub bab dengan bentuk kabar khusus dengan permasalahan bab tanpa ada indikasi adanya kemungkinan-kemungkianan yang lain, Contohnya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan wudu’ beberapa kali” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits ibn Abbas ra. dia berkata: “Nabi saw. berwudu’ beberapa kali”
            Dalam hal ini al-Bukhari kadang-kadang menggabung beberap metode dalam satu Sub bab.
            2. Yang kedua yaitu yang samar
            Salah satu dari metode al-Bukhari adalah apa yang disebutkan Ibnu Hajar yaitu: terkadang al-Bukhari memakai Metode peletakan  Sub-sub bab mengandung kemungkinan-kemungkianan yang lebih satu arti, kemudian ditentukan salah satunya dengan menyebut hadits setelahnya.
            Artinya, al-Bukhari menampilkan  Sub-sub bab dengan corak yang umum, yang mengandung kemungkinan-kemungkianan yang lebih satu arti, kemudian al-Bukhari menjelaskan satu hadits dalam bab yang menjelaskan tujuan dari Sub-sub bab tanpa ada kemungkinan yang lainya.
            Contohya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan kecing dan tempat menyipuhkan kaki unta, hewan-hewan, dan  kambing, ini adalah Sub-sub bab umum yang mengandung kemungkinan yang dimaksud adalah membasuh kencingya, atau memakai kencing itu sebagai obat, atau yang lain.
            Maka al-Bukhari mentakhrij hadits yang menunjukkan tujuan dari sub bab yaitu hadits Ansa ra.  dia berkata: Qadima al-Nasumin ‘Iklin………..tulis dewi bos!
            Ibnu Hajar berkata: kadang ditemukan juga kebalikan diatas, yaitu hadits itu mengandung kemungkinan-kemungkianan kemudian Sub-sub bab menjelaskan tujuan dari hadits tanpa ada kemungkinan yang lainya. Sub-sub bab seperti ini unruk memjelaskan takwil dari hadits itu, posisinya sama dengan perkataan ulam fiqih, misalnya, yang dimaksud dengan hadits ini adalah umum yang khusus, atau khusus yang umum, agar diketahui kalau disana ada illat yang mencakup, atau menunjukkan bahwa kekhususan itu yang dimaksud adalah apa yang lebih umum dari apa yang tunjukan zdahirnya hadit dengan cara lebih tinggi atau lebih rendah, hal itu dibahas dalam bab mutlak, muqayyad, seperti masalah khas dan am, juga dalam menjelaskan hal yang suli, menafsirkan yang samar, takwil yang dzahir, tafsil al-Mujmal, topic iini adalah yang paling sulit dalam masalah sub bab dalam kitab ini. Karena itulah terkenal dikalangan ulama sebuah ungkapan “ fiqih al-bukhari dalam sub-sub babnya.
            Contohnya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan imam membaca amin dengan nyaring” kemudian al-Bukhari mentakhrij hadits Abu Hurairah ra. Hadits marfu’, “ Izda ammana al-Imamu………
            ini adalah sub-sub bab yang khusus imam membaca amin dengan nyaring, dan disitu tidak ada penjelasan yang nyata membaca amin dengan nyaring, dengan catatan bahwa hadits itu memungkinkan kesana, maka disini fungsi sub bab adalah menghilangkan memungkinkan- memungkinkan itu.
            Dan dari  Sub-sub bab yang samar ini al-Bukhari kadang-kadang memakai metode, apa yang disebutkan Ibnu Hajar yaitu: terkadang al-Bukhari memakai Metode menampilkan perkara yang jelas sedikit faidahnya, akan tetapi kalu dipikir dengan jernih maka akan menemukan faidah yang lebih bermanfaat, seperti  perkataan al-Bukhari“Inilah bab yang menjelaskan perkataan seoarng laki-laki dalam hadits azan“ Kami tidak sholat” al-Bukhari member isyarat menolak orang yang mengatakan makruh sholat dwktu azan, contohnya lagi: perkataan al-Bukhari“Inilah bab yang menjelaskan perkataan seoarng laki-laki dalam hadits azan“kami tidak menjwab azan karena sholat” al-Bukhari member isyarat menolak orang yang mengatakan kemutlakan lafal itu, yaitu ibn sirin.
186
            Mnurut al-Dahlawi, hal diatas dilakukan al-Bukhari kerena mengikor pada Abdurrozaq dan ibn Abi Syaibah, dalam  sub-sub bab buku keduanya, Karen ditemukan atsar al-Sahabat dan tabi’in dalam  buku keduanya, hal ini tidak ada manfaat bagi orang yang belum mendalami dua buku tersebut.
            Inilah! dan Dr. Nurudin atr menjelaskan dua metode yang lain dalam masalah Sub-sub bab yamg samar, yaitu:
            1. sub-sub bab mengandung hukum yang bertambahdari pada apa yang ditunjukan hadits, karena memang ditemukan hal seperti itu melalui jalur yang lain.
            Contohnya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan bernyanyi dalam masjid” al-Bukhari mentakhrij hadits Abu Salmah bin Abdurrahman……….
            Ibnu Hajar berkata, mengutip perkataan ibn Battol, dalam hadits diatas tidak ada penjelasan bahwa Hassan bernyanyi dalam masjid didepan Nabi saw. akan tetapi riwayat al-Bukhari yang menjelaskan  awal penciptaan dari jalur Sa’id, menunjukan bawa sabda Nabi saw. kepada Hassan, “Ajib ‘anni” itu didalam masjid dan dia bernyanyi seperti halnya orang musyrikmenjwab.
187
            2. kondisi sub-sub bab melalui jalan penyimpulan karena ada hubungan kelaziman.
Contohnya: perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan ahli ilmu dan fadol lebih hak diangkat imam, al-Bukhari mentakhrij hadits sakitnya Nabi saw. dan mengganti Abu Bakar untuk jadi imam,dengan jalur yang banyak dengan lafal yang hamper sama dan disitu ada perkataan Aisyah “………………”
            maka Nabi saw. mendahulukan orang yang nyaring dan kuat suaranya, dan sudah diketahui kalau Abu bakar adalah sahabat yang paling tinggi ilmu dan keistimewaanya, seperti dalil2 yang lain yang tidak dibahsa disini, maka sudah jelas bahwa mengedepankan sesorang adalah karena ilmu dan keistimewaanya, seperti halnya  al-Bukhari menjadikanya sebagai sub-sub bab.
            3. sub-sub bab yang lepas yaitu perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan: bercerita kepada kami fulan, tanpa menjelaskan title/topic dari bagi bab, dan al-Bukhari menampilkan dalam sub-sub bab yang lepas ini pada beberpa hadits yang ada kaitan dengan bab–bab yan mendahuluinya, maka posisi sub-sub bab yang lepas merupakan pemisah  dari bab sebelumnya Cuma ada keterkaitan.
            Ini adalah hal yang lebih diominan, dan kadang-kadang juga hadits2 dalam sub-sub bab yang lepas ada kaitanya dengan bab itu bukan dengan bab yan mendahuluinya, akan tetapi sedikit.
            sub-sub bab yang lepas sedikit sekali apabila disbanding dengan Sub-sub bab yang jelas dan Sub-sub bab yang samar, kami menghimpunya dalam kitab al-iman ada dua sub-sub bab yang lepas, yaitu bab 18 dan 38 dalam urutan kitab fath al-bariy, dalam kitab al-Tayammum ada dua juga, dalam kitab al-shalat ada tiga saja yaitu bab 55,79 dan 97.
278
            untuk menghipun sub-sub bab yang lepas dala sahih al-Bukhariy lebih gampang memakai fihras/daftar isi dalam kitab Tiasir al-Manfaat karangan Muhammad Fu’ad Abdulbaqiy.
            contoh sub-sub bab yang lepas yang ada kaitan dengan bab–bab yan mendahuluinya, perkataan al-Bukhari, “Inilah bab yang menjelaskan bercerita kepada kami abu al-Yaman, dia berkata: mengabarkan kepada kami syua’ib dari al-Zuhri, , dia berkata: mengabarkan kepadaku Abu Idris…………. terosagi tibi’ bosssss.
            Ibn Hajar berkata: perkataan al-Bukhari” Babun” dalam riwayat kami tidak ada tarjamah atau sub-sub, kalau tidak dijelaskan sub-sub bab yang khusus maka termasuk pemisah dengan bab sebelumnya akan tetapi ada keterkaitan, seperti tradesi para ulama fiqih, jalur keterkaitan dalam bab yang lalu yaitu “Inilah bab yang menjelaskan tanda-tanda keimanan adalah mencintai sahabat ansar” adalah: setelah menjelaskan sahabat ansar dalan  hadits pertama maka akan member isyarat dalam hadits kedua, kenapa dan apa sebab dinamakan sahabat ansar, karena hal itu terjadi pada malam pertam perjanjian Aqabah bersama nabi saw. dimina pada musim haji.
189
            contoh sub-sub bab yang lepas yang bukan pemisah akan tetapi ada kaitan dengan bab–bab yan mendahuluinya, perkataan al-Bukhari dalam bab shalat, setelah memasukan onta kedalam masjid karena illat, “Inilah bab yang menjelaskan. bercerita kepada kami Muhammad al-Mutsanna, dia berkata: bercerita kepada kami mu’azd bin hisyam, bercerita kepada ku Bapakkuu dari Qatadah, dia berkata: bercerita kepada kami Anas, bahwa ada dua orang laki-laki keluar dari sisi nabi saw. dimalam yang gelap, mereka berdua memegang dua lampu yang menyinari, setelah mereka berpisah maka lampu tersebut dibawa oleh masing2 mereka hingga sampai pada keluarganya.
            Ibn Hajar berkata: perkataan al-Bukhari” Babun” seperti ini pada dasarnya tidak ada tarjamah atau sub-sub, seakan2 al-Bukhari memutihkan lalu melnjutka seperti itu, kala perkataan ibn Rusyaid: sesungguhnya contoh seperti itu kalau terjadi di al-Bukhari maka hal itu sama dengan pemisah dari bab dan itu bagus kalau diantara bab itu dan bab sebelumnya ada korelasi, bebeda dengan contoh dalam kasus ini, kalau keterkaitan denga bab-bab masjid, maka itu termasuk bahwa dua orang laki-laki itu terlambat bersana nabi saw. dimalam yang gelap karena menunggu shalat isya”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar