Jumat, 13 Juli 2012

ASMA MENDATANGKAN RIZKI DANA GHOIB

ASMA MENDATANGKAN RIZKI DANA GHOIB SULTHONUL JIEN

Dalam suatu konsep pengalaman amaliyah, pertimbangan demi pertimbangan, biasanya akan menjadi tolak ukur dalam peranan hati serta keyakinan seseorang sebelum mereka melaksanakan. Seperti contoh (dari manakah asal usul suatu amalan hingga turun-temurun ke kita, dan siapa pula yang menjadi tolak ukur akan kebenaran serta karomahnya) semua itu menjadi tanda tanya dan ganjalan banyak orang yang menginginkan bukti nyata.

Sebagai pengungkapan asma ini. Saya akan bedarkan tentang asal-usul amaliyah tersebut, karena sesungguhnya keagungan serta kedahsyatannya. Sudah pernah dibuktikan secara langsung oleh sahabatku sendiri bernama Ahmad bin Abdul Karim asal dari desa Karang Sembung Sindang.

Bermula dari seorang Habib Mesir Amaliyah ini tercetus. Beliau ulama besar serta terkenal akan karomah juga kewaliannya beliau bernama Habib Abdullah. Dari perjalanan syiarnya, beliau sampai juga di Indonesia dan akhirnya menetap di deerah Bogor, Jawa Barat.

Mudir beliau sangat banyak dan rata-rata mumpuni serta digjaya, diantara murid beliau yang sangat mashur akan karomah serta derajat kewaliannya ;

1. Kyai Tolha asal Kali Sapu Cirebon

2. Kyai Karim asal Benda Kerep Cirebon

3. Kyai Suyuti asal Cibogo Cirebon

4. Kyai Toha asal Arjawinangun Cirebon

Dan murid Kyai Tolha Kali Sapu, terlahirlah nama-nama ulama besar penuh karomah, diantaranya ;

1. Abah Anom suryalaya asal Tasik

2. Abah Aum asal Garut

3. Abah Mangli asal Magelang

4. Abah Johar asal Demak

Yang semua ulama diatas, mereka begitu mudahnya mendatangkan dana ghoib, hanya dengan menunjuk sebuah jari keatas, atau hanya dengan menghentakkan kaki ke kbumi. Juga dari beberapa murid Abah Johar Demak, terlahir pula nama-nama ulama khosois yang sangat mumpuni dalam mendatangkan dana ghoib, diantaranya :

1. Abah Tsamri asal Pandeglang Banten

2. Abah Soleh asal Penggung Cirebon

3. Abah Raja Islam asal Lasem Rembang

Dan dari Abah Tsamrilah saya bersama Ahmad mendapatkan amliyah pada tahun 1995 silam. Sebagai bukti nyata kita akan ceritakan seputar amaliyah ini yang dialami Ahmad sendiri atas keterpurukan ekonominya pada tahun 1998 lampau.

Akibat krisis moneter yang berkepenjangan, keluarga Ahmad mengalami keprihatinan hidup yang amat sangat, rasa lapar dan ingin jajan terlihat jelas pada semua anaknya yang masih kecil.

Hingga pada suatu hari, Ahmad temanku, bertekad baja untuk menjalankan amalan dari Abah Tsamri dan beliau melaksanakannya dengan sabar serta penuh percaya diri yang tinggi.

Pada suatu hari, dalam pengamalannya, seorang tamu asal Jakarta datang ke rumah Ahmad. Si tamu mengaku di suruh ponakan Ahmad sendiri yang ada di Jakarta untuk menitipkan uang sebesar 10 juta padanya. Dan Ahmad menerimanya dengan penuh rasa gembira.

Si tamu juga menitipkan koper besar berisi uang senilai 4 milyar yang diperlihatkan langsung dihadapan Ahmad. Beliau berkata, saya ingin titip dulu koperku ini disini, karena saya harus menermui temanku yang ada di daerah Brebes. Insya Alloh, besok pagi saya kembali lagi untuk mengambilnya, tambah si tamu.

Si Ahmad gemetaran dan ada rasa takut dihatinya, beliau dengan halus menolak untuk menerima kepercayaan si tamu dalam penitipan uang dalam jumlah besar di rumahnya.

Menurut si Ahmad, beliau takut tak bisa menjaga uang tersebut. Namun, rupanya si tamu bersikeras untuk tetap menitipkan uang dirumahnya. Dan si Ahmad juga dengan segala cara menolak. Akhirnya si tamu pun menyerah, dengan rasa kecewa si tamu pamit pulang dengan sambil membawa koper kembali.

Satu minggu setelah kedatangan tamu dari Jakarta, si Ahmad menyuruh isterinya menelpon balik ke Jakarta. Intinya ingin menanyakan tentang uang 10 juta kemarin. Namun, setelah berbicara lewat telepon, jawaban ponakannya sangat membingungkannya.

Pasalnya, sang ponakan tidak pernah menitipkan uang pada siapapun apalagi sebesar itu. Dari situlah si Ahmad baru menyadarinya bahwa tamu kemarin bukan dari bangsa manusia, melainkan bangsa jin yang mungkin diutus langsung memberikan rizki atas pengamalan asma yang sedang dijalankan.

Sambil berkelekar padaku, si Ahmad mulai meneruskan ceritanya sambil sedikit menggerutu. Katanya, kalau saja aku tahu itu utusan bangsa jin, pasti aku akan terima uang yang ada di dalam koper itu. Dengan nada penyesalan namun sesekli diselingi tawa penuh canda.

Untuk lebih konkritnya, saya akan tuliskan amalan tersebut sebagai berikut :

Sebelum melaksanakan ritual

- Sholatlah terlebih dahlu, sholat sunnah 2 rokaat apa saja.

- Rokaat 1 dan 2, bacaannya sama, yaitu Al-Fatihah 7x lalu surah Al-Ikhlas 7x, Al-Falaq 7x, An-Nash 7x, dan ayat Qursyi 7x.

- Di setiap ruku dan sujud, bacaan sholatnya diganti dengan tasbih lengkap yaitu Subhanalloh wal hamdulillah walaa ilaha illolloh Allohu akbar, wala haula wala kuwwata illa billahil aliyil adzim 4x.

- Waktu uluk salam bacaannya sebagai berikut :

Assalammu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh nas’alukal jannata wal’afwa innal hisab (saat menengok ke kanan).

Assalammu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh nas’alukal jannata wanajatan minan nar (saat menengok ke kiri).

Bacaan saat ritual

- Ila hadrotin nabiyil musthofa rosulillahi wa’ala alihi wa’ashabihi wa’azwajihi wadzurriyatihi wa’atba’ihi syai’un lillahi lahum al fatihah 2x

- Tsumma ilaruhi syekh ja’far alkholidi al fatihah 2x

Yang Harus Dibaca

- Robbana innaka jami’un nasi liyaumin laroi bafih, innallaha la yukh liful
mii’ad 150.000x

Keterangan :

- Seorang pengamal diharuskan puasa dengan pantangan tidak boleh
makan yang bersifat (asin maupun manis buatan).

- Dalam menjalankan ritual harus membakar buhur ambar.

- Si pengamal boleh mengangsur amalan diatas berapapun hitungannya.
Asalkan, sebelum mencapai target 150.000, si pengamal tidak boleh
membatalkan puasanya.

- Saat ingin menghentikan amalan diatas, seperti capek ingin istirahat
dan sebagainya tutuplah dengan doa sebagai berikut :

Allohummajma’baini wabaena jam’il maalii birohmatika ya arhamar rohimin. Allohummajma’ baini wabaena jam’I alat tidarilii birohmatika ya arhamarrohimin wal hamdulillahi robbil alamin 3x.

Senin, 09 Juli 2012

Satu Usaha di Alam Perubahan

MENGUPAYAKAN SUATU PERUBAHAN

Allah SWT tak akan merubah suatu apapun jika manusia tidak mengupayakan perubahan itu.

لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ 
 
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.[767]  bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat Hafazhah.[768].  Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.[QS (13:11)]

Yang ini sangatlah dimengerti dengan bukti – bukti yang nyata serta masuk akal, maka penting bagi kita untuk mengusahakan suatu perubahan atau merubah keadaan (nasib/peruntungan), tentunya di dalam kesadaran penuh.

Pertanyaannya; atas dasar apakah Allah tidak merubah pada seluruh manusia?. Dasarnya adalah sebelum Allah SWT menciptakan manusia terlebih dahulu Allah telah menciptakan Langit dan Bumi berikut isinya. Sangatlah sempurna ciptaan Allah, semua telah tersedia tanpa kekurangan, misal menciptakan ‘Langit’ beserta perhiasannya ; Matahari, Bulan, Gugusan Bintang atau planet, dst. Kemudian jika metafakuri seisi Bumi beserta rupa – rupa hal (mahluk) yang tumbuh dan hidup di darat, di laut, bahkan banyak lagi yang belum tereksplorasi / tergali kemanfaatannya oleh dan untuk manusia.

Itulah sebabnya Allah SWT tak akan merubah keadaan. Allah Yang Maha Rakhman dan Maha Rakhim telah menghamparkan karunia rezeki guna memenuhi kebutuhan hidup manusia, baik sandang, pangan, papan dll. Dengan demikian kita perlu merubah atau wajib mengupayakan perubahan itu, yang menjadi perkara kita sebagai manusia.

Oleh karena itu, saatnya kita bertanya pada diri sendiri tentang pilihan tekad atau cita-cita, apakah punya keinginan menjadi manusia yang lebih baik (baik & benar) atau sebaliknya?. Seandainya saja punya cita-cita atau tekad menjadi manusia “lebih baik dan benar “ yang memiliki jiwa kemanusiaan (ikhsan), maka hendaklah kita mengupayakannya. Usahakan dan Pegang teguh tekad itu sesuai ajaran, tuntunan, harapan Agama (bagaimana baik dan benar itu menurut agama) sampai terwujud (sing menjelma) serta terasa oleh diri dan terasa oleh orang lain dengan landasan beribadah.

Sanksi atau Imbalan dari mengerjakan amal baik dan benar itu, bahkan tak ada keraguan dalam hidup ini selamanya, akan ada dalam keridhoan Allah SWT. Yakin dalam segala perkara / urusan bakal panen keuntungan yang sangat besar nilainya, akan menemukan berkah manfaat dunia akhirat, meskipun dalam pelaksanaannya sangatlah berat tantangannya, namun macam rupa rentetan ‘godaan’ dan ‘ujian’ akanada dalam pertolongan Allah SWT. Apalagi jika kita telah ‘mantap’ memegang ‘teguh’ kebenaran dan melaksanakan kebenaran itu, yakin di dunia ini akan menjadi manusia terhormat, begitu pula di akhirat nanti.

يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ ۝ فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ ۝ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا ۝ وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا 

Artinya : 6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565] 7.  Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8.  Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9.  Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. [QS (84 : 6 - 9)]

Sebaliknya jika manusia itu tidak memiliki tekad untuk berubah, selamanya terpuruk dalam keadaannya, inipun ada sanksinya, yaitu pasti mendapat kerugian, celaka dunia akhirat. Bakal sempit hidupnya, tak akan bertemu dengan kebahagiaan apalagi kenikmatan, jauh dari ridho Allah bahkan tak menjamin kebenarannya (kebenaran menurutnya). Hanya syaitan yang menjamin kesalahannya.

ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ 

Artinya : 53.  (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui [621]. Allah tidak mencabut nikmat yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap taat dan bersyukur kepada Allah. [QS (8:53)]

Demikian yang harus kita perhatikan, mulai saat ini harus rajin, apik dan teliti, untuk masa depan selanjutnya. Selagi ada kesempatan hidup untuk melaksanakan ibadah perintah Allah SWT.

Penggugah Bathin

Puji syukur kepada tuhan kita ; Allah yang maha agung.
Kita menerima rahmat gusti allah, bertemu dengan ilmu luhur dan mulia, nyatanya; agama islam, bahagia untung lahir dan bathin menerima taufiq dari Allah ta’ala, maka wajiblah kita syukuran atas nikmat ini.
Setelah kita panjatkan puji dan syukur kepada allah, kita lanjutkan dengan ‘eling’ disertai iman yang teguh kuat dalam menghadapi segala ujian lahir dan bathin, ini adalah kewajiban kita, bahwa kita mesti berusaha untuk kemuliaan diri pribadi kita, dengan jalan taqwa kepada allah didalam sabar tawaqal, ikhlas dalam mengamalkan menurut ajaran agama islam.
Dalam perihal ‘waktu’ kitalah yang mengatur, jangan berat sebelah; nanti akhirnya jadi siksa. Adapun masalah waktu itu terbagi dua; ada waktu untuk ibadah dan ada waktu untuk berusaha. Nah ... disini kita langsung bisa tahu kepada waktu yang wajib digarap oleh kita, memenuhi tugas suci dari Tuhan kita ‘Allah SWT’, didunia haruslah beribadah.
Oleh sebab itu, sekarang kita bagi; mana waktu untuk sholat, mana waktu untuk usaha, keduanya harus sama terisi, supaya lancar ibadahnya, tidak akan bertemu dengan rasa munafik, tenang dalam melaksanakannya.
Bagi kita jangan menjadi fanatik (fanatisme), nanti berakibat kebodohan yang panjang, selain bodoh ada lagi kelebihannya, yaitu bakal mengurangi persaudaraan, boro-boro dengan yang lain sedang dengan saudara sendiri saja pecah bahkan terasingkan, yang akhirnya didalam pergaulan hidup kita bakal terlihat ganjil, kurang pengetahuan yang tentunya bakal tertinggal segala-galanya, tidak akan ada peningkatan. 

فَما لَكُم فِى المُنٰفِقينَ فِئَتَينِ وَاللَّهُ أَركَسَهُم بِما كَسَبوا ۚ أَتُريدونَ أَن تَهدوا مَن أَضَلَّ اللَّهُ ۖ وَمَن يُضلِلِ اللَّهُ فَلَن تَجِدَ لَهُ سَبيلًا ﴿٨٨
88.  Maka Mengapa kamu (terpecah) menjadi dua golongan[328] dalam (menghadapi) orang-orang munafik, padahal Allah Telah membalikkan mereka kepada kekafiran, disebabkan usaha mereka sendiri ? apakah kamu bermaksud memberi petunjuk kepada orang-orang yang Telah disesatkan Allah[329]? barangsiapa yang disesatkan Allah, sekali-kali kamu tidak mendapatkan jalan (untuk memberi petunjuk) kepadanya. [QS (4 : 88)]. *[328]  Maksudnya: golongan orang-orang mukmin yang membela orang-orang munafik dan golongan orang-orang mukmin yang memusuhi mereka. **[329]  disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, Karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

إِنَّ الَّذينَ فَرَّقوا دينَهُم وَكانوا شِيَعًا لَستَ مِنهُم فى شَيءٍ ۚ إِنَّما أَمرُهُم إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِما كانوا يَفعَلونَ ﴿١٥٩﴾
159.  Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama-Nya dan mereka menjadi bergolongan[525], tidak ada sedikitpun tanggung jawabmu kepada mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, Kemudian Allah akan memberitahukan kepada mereka apa yang Telah mereka perbuat. [QS (6 : 159)] *[525]  Maksudnya: ialah golongan yang amat fanatik kepada pemimpin-pemimpinnya. 

مِنَ الَّذينَ فَرَّقوا دينَهُم وَكانوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزبٍ بِما لَدَيهِم فَرِحونَ ﴿٣٢﴾
32.  Yaitu orang-orang yang memecah-belah agama mereka[1169] dan mereka menjadi beberapa golongan. tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. [QS (30 : 32)] *[1169]  Maksudnya: meninggalkan agama tauhid dan menganut pelbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka.

Hidup dalam kerukunan modal suci asalnya fitrah manusia, halus budi bahasa , prilaku sopan santun, ramah tamah, harus ada dalam diri manusia, sempurnanya fitrah manusia dalam tekad ucap lampah; hanya akan di dapat dari sholat lima waktu selama hidup sampai ajal menjelang, peringatan dan penggugah sering di temui supaya kita eling kepada Allah , rupa-rupa kejadian yang terasa, terlihat, itu jelas merupakan penggugah/peringatan sebagai ilham langsung dari Allah supaya kita kembali eling kepada Nya.
Kadang-kadang secara tidak sengaja kita bertemu dengan yang mengalami kematian, itu ilham dari Allah yang lansung kepada kita, supaya kita bisa tahu, pertanda bahwa diri kita juga awal akhir, cepat atau lambat bakal mengalami mati yang tidak berbeda dengan itu, juga masih banyak lagi yang diperlihatkan oleh Allah yang tidak terjangkau akal pikiran manusia.
Ini satu tanda bahwa Allah mengasihi – menyayangi kepada kita, tetap memperingati. Sekarang tinggal kita yang kokoh teguh mengakitkan tali dijalan taukhid. Jangan terlepas lagi, nanti di akhir mengalami kerugian dan penyesalan. Sejak sekarang kita jaga dan pelihara diri kita dengan ilmu yang bermanfaat, baik yang lahiriyah maupun yang batiniyah, demi kepuasan pribadi kita didunia dan akhirat. Dalam mengasuh wujud jangan kasar berangasan harus lantip, tenang tenteram, jangan ujub riya dan takabur nanti wujud ketempuhan yang rugi diri sendiri.
Di dunia jangan terpana hanyut terbawa arus kehidupan, harus waspada, harus bisa memperhatikan amal kemarin, hari ini dan hari esok, sangsinya lusa.  Ini yang harus jadi ingatan, barangkali kemarin banyak amal yang salah, hari ini kita perbaiki , mumpung belum datang hari esok. Sebab kalau hari lusa itu hari penutupan ibadah, tinggal amal yang bercerita, kita yang bertanggung jawab kepada Allah yang maha adil. Lantaran kita hanya bisa memperbaiki pada hari ini, hari esok belum tentu kita jalani. Maka pada hari ini buatlah amal yang mampu dipertanggung jawabkan.
Sesungguhnya Allah telah menurunkan kitab suci Al-Qur’an untuk manusia yang ada di dunia ini, supaya di yaumil qiyamah dihadapan Allah tidak perlu berbicara lagi, begitu yang tersurat didalam ayat suci Al-Qur’an, maka mudah-mudahan kita semua bisa mengamalkannya.

Cipta, Rasa, Karsa


Keris manjing warangka, warangka manjing curiga. 'aku' adalah isi dari wujud yang kukenal sekarang ini, didalam 'aku' bisa saja tumbuh berbagai 'jiwa', didalam 'jiwa' terkandung cipta rasa karsa, karena cipta rasa karsa, maka 'aku' berderajat setingkat diatas makhluk lainnya,
tri tunggal inilah yang mendominasi akal manusia, karena hal ini pulalah manusia bergelar Wakil Sang Pencipta, manusia adalah tuan dari segala yang pernah diciptakan, tapi manakala salah satu dari ketiga unsur ini merajalela, derajatnya sang 'aku'  jadi lebih rendah dari binatang, tekad ucap lampah 'ingsun' jauh dari sejatining keramat, sejatining keramat berisikan; 'pengaruh'  'wibawa'  dan  'kharisma', 'pengaruh' hasil dari usaha dan kerja keras mengamalkan ilmu sejati, 'wibawa' hasil dari ketaatan pada Guru Ratu WongAtua Karo, 'Kharisma' hasil dari pelaksanaan ajaran Rasul dalam ketaatan pada Gusti Allah, kesemuanya menyuruh kepada laku lampah, bukan panjang angan-angan sebab berkuasanya cipta didalam 'jiwa', kesemuanya terfokus pada ketaatan, bukan sekehendaknya sang 'karep' membawa wujud tanpa arah, kesemuanya karena sudah tahu kepada rasa yang tunggal; manunggaling rasa, bukan kesamaran rasa, merasa benar didalam salah, yang salah dibenarkan, yang benar disalahkan,
rasa yang paling sering didatangi sang utusan Pencipta,
rasa yang paling cepat menerima sentuhan alam,
rasa yang paling mampu menangkap bahasa universal,
rasa yang paling mudah tersentuh melihat yang nyata atau ghaib,
rasa yang paling jujur  melebihi jujurnya indera lahiriyah,
rasa yang paling menerima ganjaran nikmat atau siksa,
rasa yang paling apa adanya mengungkap kebenaran,
rasa yang paling melihat bahwa kita selalu dilihat,
rasa yang paling akhir pergi dari badan,
bahkan rasa ikut masuk bersama badan kedalam kubur meski hidupnya sudah tiada, begitu itu jika rasanya terlalu mencintai dunia (wujud baru), begitu itu karena belum mengenal rasa sejatinya,
rasa sejati itu sengaja diutus sebagai penyeimbang,
rasa ada ditengah antara cipta dan karsa,
rasa adalah pembagi atau per( / ) bagi keduanya,
maka jika cipta atau pikir bekerja harus per-rasa-an, begitupun jika karsa atau keinginan meronta harus per-rasa-an, jika kita mampu berlaku seperti itu; maka jadilah kita manusia yang ber per-rasa-an, artinya sudah tahu bahwa rasa tunggal; manunggaling rasa, kalau dicubit merasa sakit; maka tidak mau mencubit, kalau diejek merasa terhina; maka tidak mau mengejek, untuk pengenalan yang lebih akrab harus sering kembali kepada rasa, jika keseimbangan jiwa terganggu  harus cepat kembali kepada rasa, jika terseok tersungkur oleh uji coba  harus mampu kembali kepada rasa, semakin banyak pengalaman kebaikan maka akan mudah kembali kepada rasa, jangan biarkan lidah berbohong, pikir mengingkari, hati menolak, supaya jujur kembali kepada rasa, kafir itu menolak kebenaran, isinya iman itu mau menerima segala kebenaran yang kembali kepada rasa, rasa sakit dan rasa nikmat sebagai pengembalian kesucian; bisakah apa adanya kembali kepada rasa, berjiwa besar, keluasan ilmu dan kebijaksanaan  karena bisa melihat semua kembali kepada rasa,
tidak terasa apa-apa; oleh apa-apa; karena tidak akan apa-apa kalau kita tidak berbuat apa-apa ; yang maha apa-apa, selalu apa-apa kepada yang merasa ada apa-apanya;
maka keputusan akhir ada pada rasa,
yaitu : rasa curiga kepada yang maha apa-apa, masa ... menciptakan kita tanpa bawa apa-apa, maka apa perabotnya untuk mengenal yang maha apa-apa, tanpa kita mengenal rasa apa-apa, jadi jangan sungkan, bahkan harus sukuran jika kita merasakan suatu rasa, rasa ... apa saja, dengan paripurnanya pengalaman rasa, maka Allah tinggikan derajat GuruSejati,
sederajat para mujahid dan utusan Allah ... amiin.

Semedi ( Meditasi )


Semedi ( Meditasi ) Banyak istilah yang bisa dipakai untuk menggambarkan perilaku khas ini. Semedi kata orang Jawa. Meditasi. Maladihening. Neng, ning, nung. Kotemplasi. Tafakur. Dan…..mungkin masih ada banyak istilah yang maksudnya sepadan. Bermacam cara orang melakukan meditasi. Berbagai tujuan pula yang hendak diraih. Untuk kali ini kita akan berbincang dengan memfokuskan pada tiga hal yaitu pencarian kesejatian diri, alam gaib dan ‘penemuan’ dengan “Sang Maha Ada”. Saya kutip dulu dari ajaran Wirid / Semedi MALADIHENING yang diajarkan Eyang Guru saya,demikian tatacaranya : 1. Posisi badan telentang menghadap ke atas, seperti mau tidur. Jangan ada anggota badan yang posisinya kurang nyaman. Seluruh anggota badan “jatuh” menempel di pembaringan tanpa ada penahanan sedikitpun. Seluruh otot dan syaraf harus rileks atau loss. Bisa juga dipakai posisi duduk bersila. 2. Tangan sedekap atau ’sendakep’ dengan posisi lengan atas tetap menempel di lantai/tempat berbaring sementara lengan bawah diletakkan di atas dada. Jari-jari tangan saling mengunci ( jari diadu dengan jari merapat ). Atau bisa juga agar lebih rileks, tangan diluruskan ke bawah (arah kaki), kedua telapak tangan menempel di paha kiri kanan sebelah luar. 3. Mata terpejam seakan anda sedang bersiap menidurkan diri. Bola mata tidak boleh bergerak- gerak, tahan dalam posisi pejam dan bola mata diam tidak bergerak, disebut meleng, meneng. Ketika memejamkan mata ini bola mata diarahkan ke arah puncak hidung ( mandeng puncaking grono ) 4. Kaki lurus dan rileks, telapak kaki kanan ditumpangkan di atas telapak kaki kiri disebut sedakep suku tunggal. Mengumpulkan atau Mengatur Pernafasan. Tarik pelan nafas melalui hidung sampai di perut, lebih tepatnya lagi sampai di puser. Tahan. Bawa naik ke atas terus sampai ubun- ubun. Tahan. Baru bawa ke bawah samapi mulut dan lepaskan. Lakukan berulang- ulang. Bawa atau tarik naik turunnya nafas dengan ‘rasa kesadaran’. Ketika ini lidah hendaknya ditekuk ke atas, ke ‘cethak’. Lakukan beberapa kali ulangan. Ketika ini harus dibarengi ingat kepada Allah. Cara praktisnya yaitu ketika menarik nafas hati menyebut “HU” dan ketika melepas nafas hati menyebut “ALLAH”. Lafal HU merujuk pada ADA-Nya, atau Dzat-Nya atau Pribadi-Nya. Sedangkan lafal ALLAH merujuk pada Nama-Nya atau panggilan- Nya. Kemudian pikiran dikosongkan, tidak memikirkan apa- apa. Obyek pikir atau lebih tepatnya ‘kesadaran rasa kita’, kita fokuskan ke arah puncak hidung ( yaitu diantara dua mata kita ). Maka akan nampak cahaya berpendar. Semakin terang. Kita ikuti denga kesadaran rasa kita. seakan ada lorong yang panjang bercahaya keperakan. Kita ikuti saja. Nah…plong…kita atau lebih tepatnya kesadaran diri kita yang sejati sudah bebas dari tubuh kita. Sensasi ini yang oleh kebanyakan orang disebut ‘meraga sukma’ atau ngrogo sukmo. Nah sampai pada batas ini menjadi sangat krusial. Karena apa ? Karena apapun yang kita niatkan akan ’sampai’. Artinya obyek kesadaran menjadi sangat penting. Jika kesadaran Anda kepada alam gaibnya jin maka otomatis ’sinyal gelombang energi’ Anda akan bersambung dengan alam jin. Jika obyek kesadaran Anda adalah para ruh nenek-moyang atau leluhur maka Anda akan berjumpa dengan leluhur Anda. Ada satu hal yang sangat penting di sini. Apakah kita hanya akan ‘mengurusi’ soal benda dan makhluk saja ? Apakah kesadaran kita akan hanya kita tujukan untuk mencari ‘ada’ yang bisa rusak dan tidak hakiki ( makhluk ) saja ? Tidakkah kita ingin ‘menjumpai’ Dia Sang Maha Ada yang tidak akan rusak binasa ( Al- Kholiq ) ? Dia yang telah menciptakan kita dan juga alam ini. Dia Yang Maha Ada yang menjadi ‘tempat’ kita berpulang atau kembali nanti. Mari bertafakur yang sejati. Menemukan-Nya di diri kita dan juga di diri-diri yang lain. Di diri alam semesta. Sejatinya dimanapun ‘ada’ itu ada maka disitulah Sang Maha Ada itu ada. Dia meliputi segala sesuatu. Justru jika kesadaran kita terhenti pada diri kita saja maka yang kita temui adalah hanya diri kita. Jika kesadaran kita ada pada alam jin maka yang kita temui adalah jin. Jika kesadaran kita ada pada-Nya, bahkan harusnya itu ’sadar penuh’ maka kita akan ketemu dengan Dia, Sang Sangkan Paraning Dumadi. Tentu bertemu dengan-Nya secara tan kinoyo ngopo, laisa kamitslihi syai’un, tidak bisa digambarkan dengan apa dan bagaimana. Salah satu bentuk semedi yang paling dasar dan alami adalah tidur. Ketika kita tidur maka hakekatnya sama dengan mati. Ketika tidur inilah diri kita kembali berada dalam ‘genggaman’-Nya. Nah bayangkan sendiri jika kita bisa tidur secara ‘advance’. Yaitu badan kita tidur terlelap namun kesadaran kita bisa tetap ’sadar’ mengikuti kesadaran ‘ruh’ kita yang merupakan ‘min Ruhi’. Ada lagi semedi dalam bentuk yang sudah ‘advance’ yaitu sholat. Namun sholat dalam pengertian yang sebenar-benarnya yaitu bukan hanya manembahing rogo, tetapi juga manembahing rahsa ( sir ) dan sukma ( ruh ). Salam Ilmu Sejati,Puji Suci marang Gusti kawulo tansah ngabekti. DIPOSKAN OLEH SUBURONE DI 07:37 0 KOMENTAR LABEL: ILMU SEJATI MEDITASI 7 CAKRA & OLAH SEMEDI Meditasi dibagi dalam dua alur besar. Yakni meditasi mikorokosmos atau pemusatan konsentrasi pada jagad alit yakni unsur-unsur yang ada dalam diri tubuh kita. Dan meditasi makrokosmos atau meditasi jagad ageng. Meditasi cakra merupakan subsistem dari meditasi mikrokosmos. CAKRA DASAR, ROOT CHAKRA, Jayengdriyo, Muladhara : Cakra pertama. Terletak di dasar tulang belakang, berfungsi meningkatkan kemampuan kita dalam bertahan hidup dan beradaptasi. Cakra ini sekali terbuka akan memberikan stabilitas yang kita perlukan untuk memikul beban kita sehari-hari. Ketika cakra dasar ini masih tertutup akan membuat kita takut pada perubahan. Tetapi sekali terbuka akan menciptakan peluang bagi kita untuk menggapai kesempatan merasakan indahnya kehidupan serta suatu kenikmatan dan anugrah yang menakjubkan dalam kehidupan ini. SEXUAL CHAKRA, JANALOKA atau Swadhishtana: Cakra kedua ini terletak di balik wilayah alat genital. Sepadan dengan bait al-mukadas. Cakra ini berkaitan dengan energi dan gairah seksual. Apabila energi mengalir bebas diwilayah ini akan membawa energi positif dalam hidup kita. Penyumbatan di daerah ini dapat mengakibatkan masalah seksualdan reproduksi yang akan menghambat energi mengalir bebas dan menyebabkan energi negatif dalam hidup kita. CAKRA PUSAR, NAVEL CHAKRA atau Manipura : Cakra ketiga. Cakra ini hubungannya dengan energi dan terletak di bawah pusar. Cakra ini merupakan pusat kekuatan tubuhdan merupakan titik luncur untuk energi prana. Meditasi pada cakra ini akan membawa energi besar dan dapat digunakan untuk menyerap energi yang besar pula. Biasanya meditasi cakra pusar secara efektif diterapkan untuk membangkitkan “tenaga dalam” dan untuk penyerapan energi alam seperti energi ombak laut, energi angin, energi api, energi matahari, energi rembulan, energi bumi dsb. CAKRA HATI, HEART CHAKRA atau Anahata : Cakra keempat. Sepadan dengan bait al- muharam. Panggulunganing raosing karsa. Cakra hati terletak persis di daerah jantung- hati dan berhubungan dengan kebaikan yang besar dan cinta kasih. Meditasi pada cakra ini dapat memiliki pengalaman batin yang mendalam dan membuka hati untuk dapat merasakan keindahan sejati dalam memahami alam semesta. Cakra ini berfungsi pula untuk menghubungkan antara pikiran (kesadaran) tubuh (ragawi) dengan kesadaran jiwa (batin). CAKRA TENGGOROKAN, THROAT CHAKRA atau Vishuddha : Cakra kelima. Sepadan dengan bait al- makmur. Titik energi cakra ini terletak di dasar tengkorak. Pusat energi ini terutama terkait dengan kemampuan kita untuk mengekspresikan diri kita sendiri dan juga memiliki dampak langsung pada sistem kelenjar kita. Membuka cakra ini akan membantu mereka yang memiliki kendala sulit berkomunikasi. CAKRA ALIS, BROW CHAKRA, PAPASU, atau Ajna : Disebut pula cakra keenam. Alam papat (empat); sukma wisesa (alam nuriah), sukma purba (alam siriyah), sukma langgeng (alam hidayat), sukma luhur (alam jamma). Cakra ini terletak di antara kedua alis mata, disebut juga sebagai mata ketiga. Sebagai titik di mana alam pikiran sadar dan alam pikiran bawah sadar datang bersama-sama untuk membuka kemampuan kita secara psikhis (innerworld) dan intuitif (kebatinan). Meditasi pada cakra mata ketiga (third eye) ini paling digemari para pemula meditasi. Karena diperolehnya wawasan yang dalam dan luas bahkan mata ketiga dapat mulai terbuka. Memungkinkan seseorang dapat melihat dimensi gaib dengan mata batinnya (third eye vision). CAKRA MAHKOTA, CROWN CHAKRA, atau Mahasrara : Disebut pula sebagai cakra ketujuh. Alam langgeng, Uluhiah, Sang Jati. Ini dianggap sebagai chakra rohani, di mana orang dapat menemukan kebijaksanaan yang sejati di mana pengetahuan lahir dan batin, pengalaman fisik dan metafisik, wadag dan gaib, semua dapat dialaminya. Cakra ini sebagai titik energi di mana pencerahan sejati dan bentuk realisasi diri dapat terjadi. Dalam tradisi Jawa, mengasah cakra mahkota dapat menjadikan seseorang menjadi Permana Jati. Yakni mampu weruh sadurunge winarah atau mampu melihat sesuatu yang bersifat futuristik, dan weruh kasunyatan jati atau mengetahui kenyataan sesungguhnya apa yang sebenarnya terjadi di alam fana (jagad wadag) dan alam keabadian (jagad gaib). Dapat dikatakan, terbukanya cakra mahkota dapat membuat seseorang menyaksikan dan memahami suatu kenyataan, baik sesuatu secara fisik maupun gaib. Oleh karena itu terbukanya cakra mahkota dapat meraih ngelmu kasunyatan (pengetahuan yang nyata) yang meliputi wahana fisik dan gaib. Kita jadi tahu apa yang sesungguhnya terjadi sekalipun di alam gaib. Oleh sebab itu, bermeditasi pada cakra ini akan menghasilkan efek yang mendalam dan harus didekati dengan cara hati-hati dan dibekali pemahaman yang memadai. Karena bisa jadi pelaku meditasi akan terkejut dan bingung melihat kasunyatan gaib (realitas gaib), ternyata tidak sesuai dengan apa yang tidak sekedar diyakininya (ujare, katanya) selama ini. Dalam spiritual Jawa seseorang yang dapat menerima “Wahyu Keprabon” atau wahyu kepemimpinan (wahyu singgasana kekuasaan untuk menjadi RI-1) atau dalam pewayangan dinamakan “Wahyu Makutarama” hanyalah orang-orang yang sudah terbuka cakra ketujuhnya. Sehingga akan membawa keberhasilan seorang Presiden dalam masa kepemimpinannya. Meditasi merupakan PEMUSATAN PIKIRAN, mengkonsentrasikan DAYA CIPTA pada satu titik yang ada di dalam tubuh kita. Arah pemusatannya melalui jalan sugesti atau saran dari kekuatan pikiran. Pemusatan pikiran pada satu hal saja yakni pada cakra-cakra yang ingin dibuka atau dibangkitkan. Sementara itu, olah semedi merupakan penghentian atas semua gerak-gerik cipta. Digantikan dengan PEMUSATAN pada RAHSA atau rasasejati untuk memahami sejatining rasa pangrasa. Pemusatan rasa akan terjadi setelah kita MELEPAS SEMUA KEGIATAN PIKIR- MEMIKIR. Sehingga akan dicapai keadaan “suwung” atau kosong dari segala pikiran dan kemudian masuk (manjing) ke dalam keheningan batin yang “suwung” (awang uwung). Duwe rasa ora duwe rasa duwe, atau “punya rasa, tidak punya rasa punya”. Nah, untuk meraih keberhasilan dalam membuka cakra ketujuh, Anda harus melakukan olah semedi. UNIVERSAL VALUE Meditasi pada cakra-cakra kita merupakan cara yang efektif untuk membangun energi dan meraih kesadaran spiritual. Ada tiga cakra yang harus kita konsentrasikan untuk meraih keberhasilan. Hal ini akan membuahkan hasil terbesar serta meningkatkan kesadaran dimensi kita dalam waktu sesingkat mungkin. Ini sangat dibutuhkan bagi siapapun yang ingin meraih kesembangan yang lebih baik. Keseimbangan diri dengan dimensi sosial (self & social dimension), diri dengan alam (microcosmos & macrocosmos). Orang yang meraih “keseimbangan” akan berada dalam irama yang harmoni. Yakni orang-orang yang selalu memperoleh berkah dan anugrah, yang selalu menebar berkah dan anugrah kepada seluruh makhluk. Itulah orang yang meraih derajat kemuliaan. DERAJAT KEMULIAAN ditentukan oleh apa yang diperbuat seseorang selama hidupnya. Apakah Anda percaya, jika kondisi seseorang menjelang ajal termasuk mencerminkan derajat kemuliaannya? Sudah berapa kali Anda menunggui orang di saat menjelang ajal? Cobalah cermati dgn kepekaan mata hati, dengan kebeningan mata batin, ternyata “keyakinan” seseorang tidak berhubungan langsung dengan kondisi akhir saat sakaratul maut tiba. Yang menentukan derajat tetap saj perbuatan. Bagi yang tak percaya boleh saja toh kelak akan membuktikan sendiri pada waktu yang sudah terlambat. Keyakinan yang dianut sebagai sarana pendidikan untuk membangun budi pekerti luhur bagi penganutnya. Budi pekerti menentukan “corak warna” apa yang diperbuat oleh seseorang. “Corak warna” perbuatan setiap orang lah yang pada akhirnya menentukan derajat kemuliaan. Yang ada adalah ngunduh uwohing pakarti, atau menuai buah budi pekerti, bukan ngunduh uwohing agami. Karena agami berfungsi sebagai salah satu “media tanam” bagi tumbuhnya “tanaman” bernama budi pekerti luhur. Meditasi cakra merupakan salah satu cara di antara milyaran cara yang dapat dilakukan manusia untuk menggapai level keluhuran budi pekerti, untuk meraih derajat kemuliaan hidup yang tinggi. Seseorang yang telah terbuka cakra mahkotanya, ialah orang yang telah mencapai maqom ke 7. Tentu saja derajat maqom ini akan tercermin dalam pola pikir, segala sikap, dan tindak perbuatannya. Sebaliknya fanatisme terhadap suatu agama, budaya, dan falsafah hidup barulah mencerminkan terbukanya cakra level dasar. Celakanya, orang-orang yang baru terbuka cakra dasarnya biasanya justru bersikap seolah sudah menggapai maqom ke tujuh. Sudah merupakan hukum alam bahwa “air beriak tanda tak dalam,padi yg tidak merunduk tanda tidak berisi”. DIPOSKAN OLEH SUBURONE DI 07:17 0 KOMENTAR LABEL: OLAH SEMEDI LAKON BIMO SUCI Lakon ini amat digemari di kalangan kasepuhan karena mengandung permenungan mendalam tentang asal dan tujuan hidup manusia (sangkan paraning dumadi) dan menjawab kerinduan hidup dalam perjalanan rohani orang jawa untuk bersatu dengan Tuhan (manunggaling kawulo Gusti; curiga manjing warangko). Begitu disenangi dan diulang-ulang sebagai bahan permenungan, maka kisah ini memilik variasi-variasi bahkan menyimpang dari lakon awalnya, tergantung siapa yang menyalin kisah ini, siapa dalang yang memainkan lakon dalam pertunjukan wayang. Poerbotjaroko, tahun 1940 menyelidiki variasi- variasi naskah dan menemukan kurang lebih 29 buah naskah Bima Suci. 19 buah naskah tersimpan di Universitas Leiden Belanda. Dalam disertasinya untuk memperoleh gelar doctor tahun 1930, Prijohoetomo membandingkan dua kisah : Nawaruci dan Dewaruci. Kitab Nawaruci yang juga dikenal dengan nama Sang Hyang Tat-twajnana (kitab tentang hakekat hidup) ditulis oleh Empu Siwamurti (th. 1950-an) dengann latar belakang budaya Kerajaan Majapahit. Pada jaman itu mistik Islam mulai masuk dalam budaya Jawa, dan kisah Nawaruci digubah menjadi lakon Dewaruci (dengan dimasuki unsur-unsur Islam) dan dipentaskan dalam dunia perwayangan. Alur ceritera Dewaruci/ Bima Suci dipengaruhi oleh kisah Markandeya dari India. Di kisahkan Markandeya mengarungi kedalam samudera dan berjumpa dengan anak kecil. Anak kecil itu bernama Narayana, jelmaan dari Dewa Wisnu. Narayana meminta Markandeya masuk dalam tubuhnya untuk menyaksikan seluruh isi alam semesta. Dalam kisah ini tokoh Bima tidak ada. Dari berbagai kisah Bima Suci yang bervariatif itu dapat ditemukan benang merahnya. Alkisah, Bima atas perintah gurunya (Durno) mencari “Banyu Perwitasari”. Dalam perjalanan mencari air kehidupan, Bima menuju hutan Tikbrasara (berarti landeping cipta) yang terletak di gunung ReksaMuka (yang artinya Mata). Di hutan ini Bima dihadang oleh dua raksasa Rukmuka (berarti kamukten) dan Rukmokala (yang berarti Kamulyan). Bima mampu mengalahkan ke dua raksasa itu. Untuk memperoleh “inti sari pengetahuan sejati” (Perwitasari), Bima harus melalui samadi (yang dilambang dengan hutan Tibaksara dan gunung Reksomuka =Mata/ pemahaman yang mendalam). Bima tidak bisa mencapai titik penyatuan mata batin dalam samadi kalau tidak ‘membunuh’ pikiran tentang kamukten dan kamulyan. Kisah selanjutnya, Bima tahu bahwa air ‘perwitasari’ tidak terletak di hutan Tikbrasara yang ada di gunung Reksamuka, tetapi di dasar samudera. Maka perjalanan dilanjutkan ke dasar samudra (samudra pangaksama=pengampunan). Dalam samudra bertarung dengan naga (symbol kejahatan/ keburukan) dan Bima berhasil membunuhnya. Untuk memperoleh air perwitasari tidak cukup dengan membuang kamukten dan kamulyan tetapi harus juga berani mengampuni kepada orang-orang yang bersalah dan membunuh kejahatan yang ada dalam dirinya (masuk samudra pengampunan dan membunuh naga kejahatan). Setelah melampaui berbagai rintangan, akhirnya Bima ketemu Dewaruci, yang persis dengan dirinya namun dalam ukuran kecil. Bima masuk ke badan Dewaruci melalui telinga kanan dan di dalam diri Dewaruci, Bima melihat seluruh isi semesta alam. Bima dengan samadi secara benar : menutup mata, mengatur nafas, konsentrasi dengan pikiran dan perasaan yang bersih (Cipta Hening). Dalam samadi ini, Bima menerima Terang atau wahyu sejati dalam samadi: “manunggaling kawula gusti”, kesatuan manusia dengan Tuhan. Dalam jati diri terdalam, manusia bersatu dengan Tuhan. Kemanunggalan ini yang menjadikan manusia mampu melihat hidup yang sejati. Dalam istilah kejawen: Mati sakjroning urip, urip sakjroning mati. Inilah perjalanan rohani untuk masuk dalam “samudera menanging kalbu”. DIPOSKAN OLEH SUBURONE DI 06:17 0 KOMENTAR LABEL: BUDOYO JOWO SANGKAN PARANING DUMADI Dalam hidup ini, manusia senantiasa diingatkan untuk memahami filosofi Kejawen yang berbunyi “Sangkan Paraning Dumadi”. Apa sebenarnya Sangkan Paraning Dumadi? Tidak banyak orang yang mengetahuinya. Padahal, jika kita belajar tentang Sangkan Paraning Dumadi, maka kita akan mengetahuikemana tujuan kita setelah hidup kita berada di akhir hayat. Manus…ia sering diajari filosofi Sangkan Paraning Dumadi itu ketika merayakan Hari Raya Idul Fitri. Biasanya masyarakat Indonesia lebih suka menghabiskan waktu hari raya Idul Fitri dengan mudik. Nah, mudik itulah yang menjadi pemahaman filosofi Sangkan Paraning Dumadi. Ketika mudik, kita dituntut untuk memahami dari mana dulu kita berasal, dan akan kemanakah hidup kita ini nantinya. Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak tembang dhandanggula warisan para leluhur yang sampai detik ini masih terus dikumandangkan. Kawruhana sejatining urip Urip ana jroning alam donya Bebasane mampir ngombe Umpama manuk mabur Lunga saka kurungan neki Pundi pencokan benjang Awja kongsi kaleru Umpama lunga sesanja Najan- sinanjan ora wurung bakal mulih Mulih mula mulanya Ketahuilah sejatinya hidup, Hidup di dalam alam dunia, Ibarat perumpamaan mampir minum, Seumpama burung terbang, Pergi dari kurungannya, Dimana hinggapnya besok, Jangan sampai keliru, Umpama orang pergi bertandang, Saling bertandang, yang pasti bakal pulang, Pulang ke asal mulanya, Kemanakah kita bakal ‘pulang’? Kemanakah setelah kita ‘mampir ngombe’ di dunia ini? Dimana tempat hinggap kita andai melesat terbang dari ‘kurungan’ (badan)

Minggu, 08 Juli 2012


“BISMILLAHIR ROHMANIR ROHIM.ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMADINIL MAB’USI.SHOLATAN TUJALLIBUHAL AMWALI WAL FULUSI WAL MAT’UMI WAL MALBUSI WA ‘ALA ALIHI WA SHOHBIHI BI ADATIN NAFSI WAN NUFUSI WA SALLIM TASLIMA.ALLAHUMMA SHOLLI ‘ALA SAYYIDINA MUHAMMADIN QODRO LA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADAR ROSULULLAH WAGHNINA WAHFIDZNA WA WAFIQNA LIMA TARDHO WASRIFAN NASSU’ALA WARDHO ‘ANIL KHOSANATAINI WAR RUKHONATAINI KHOIROL AMANI WA ‘ANSA’IRON LAHU WA SHOHBIHI AIMATIL HUDA WA MASHOBIHIZH ZHOLAMI WADKHILNA JANNATAD DAROS SALAMI YA HAYYU YA QOYYUM YA ALLAH……(hajat kita)” 99 x

بسم الله الرحمن الرحيم الهم صل على سيدنا محمد المبعوث صلاة تجلب بها لنا الاموال والفلوس والمطعوم والملبوس وعلى اله وصحبه بعدد النفس والنفوس وسلم تسليما اللهم صل على سيدنا محمد قدر لااله الا الله محمد رسول الله واغننا واحفظنا ووفقنا لما ترضى واصرف عنا السؤ وارض عن الحسنتين والروحانتين خير الامان وعن شاعر له وصحبه أئمة الهدى ومصا بح الظلام  وادخلنا جنة دار السلام يا حي يا قيوم يا الله
Caranya :

1.Sediakan uang yg masih berlaku (nominal terserah anda)

2.Oleskan uang tersebut dengan minyak misik

3.Bacakan sholawat bil fulus di atas 99 x pada uang tadi dan tiupkan 3 x

4.Ritual di lakukan pada jam 12 malam,di mulai dengan mengerjakan shalat sunat hajat terlebih dahulu

5.Akan lebih ampuh jika berpuasa 1 hari sebelum membuat uang asma ini


Kegunaan uang asma :

Jalbur rizqi,jika ada usaha insya allah uang/rizki akan terus mengalir bagi yg mempunyai dan membawa uang asma ini.bi idznillah….
Bagi saudara yang ingin mengamalkan uang asma' ini kami mohon untuk mentransfer dana ke BRI Cabang Jember, No. Rek. 00210107553750, Atas nama: Muhyi Abdurrohim, trmksh.