MENGUPAYAKAN SUATU PERUBAHAN
Allah SWT tak akan merubah suatu apapun jika manusia tidak mengupayakan perubahan itu.
لَهُ
مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ مِنْ
أَمْرِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا
فَلَا مَرَدَّ لَهُ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
Artinya
: Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah[767]. Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan[768] yang ada pada diri mereka sendiri.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak
ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.[767] bagi tiap-tiap manusia ada beberapa malaikat
yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula beberapa malaikat
yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat Ini
ialah malaikat yang menjaga secara bergiliran itu, disebut malaikat
Hafazhah.[768]. Tuhan tidak akan merobah keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran mereka.[QS (13:11)]
Yang
ini sangatlah dimengerti dengan bukti – bukti yang nyata serta masuk
akal, maka penting bagi kita untuk mengusahakan suatu perubahan atau
merubah keadaan (nasib/peruntungan), tentunya di dalam kesadaran penuh.
Pertanyaannya;
atas dasar apakah Allah tidak merubah pada seluruh manusia?. Dasarnya
adalah sebelum Allah SWT menciptakan manusia terlebih dahulu Allah telah
menciptakan Langit dan Bumi berikut isinya. Sangatlah sempurna ciptaan
Allah, semua telah tersedia tanpa kekurangan, misal menciptakan ‘Langit’
beserta perhiasannya ; Matahari, Bulan, Gugusan Bintang atau planet,
dst. Kemudian jika metafakuri seisi Bumi beserta rupa – rupa hal
(mahluk) yang tumbuh dan hidup di darat, di laut, bahkan banyak lagi
yang belum tereksplorasi / tergali kemanfaatannya oleh dan untuk
manusia.
Itulah
sebabnya Allah SWT tak akan merubah keadaan. Allah Yang Maha Rakhman
dan Maha Rakhim telah menghamparkan karunia rezeki guna memenuhi
kebutuhan hidup manusia, baik sandang, pangan, papan dll. Dengan
demikian kita perlu merubah atau wajib mengupayakan perubahan itu, yang
menjadi perkara kita sebagai manusia.
Oleh
karena itu, saatnya kita bertanya pada diri sendiri tentang pilihan
tekad atau cita-cita, apakah punya keinginan menjadi manusia yang lebih
baik (baik & benar) atau sebaliknya?. Seandainya saja punya
cita-cita atau tekad menjadi manusia “lebih baik dan benar “ yang
memiliki jiwa kemanusiaan (ikhsan), maka hendaklah kita mengupayakannya.
Usahakan dan Pegang teguh tekad itu sesuai ajaran, tuntunan, harapan
Agama (bagaimana baik dan benar itu menurut agama) sampai terwujud (sing
menjelma) serta terasa oleh diri dan terasa oleh orang lain dengan
landasan beribadah.
Sanksi
atau Imbalan dari mengerjakan amal baik dan benar itu, bahkan tak ada
keraguan dalam hidup ini selamanya, akan ada dalam keridhoan Allah SWT.
Yakin dalam segala perkara / urusan bakal panen keuntungan yang sangat
besar nilainya, akan menemukan berkah manfaat dunia akhirat, meskipun
dalam pelaksanaannya sangatlah berat tantangannya, namun macam rupa
rentetan ‘godaan’ dan ‘ujian’ akanada
dalam pertolongan Allah SWT. Apalagi jika kita telah ‘mantap’ memegang
‘teguh’ kebenaran dan melaksanakan kebenaran itu, yakin di dunia ini
akan menjadi manusia terhormat, begitu pula di akhirat nanti.
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ إِنَّكَ كَادِحٌ إِلَى رَبِّكَ كَدْحًا فَمُلَاقِيهِ فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا
Artinya
: 6. Hai manusia, Sesungguhnya kamu Telah bekerja dengan
sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.[1565] 7. Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, 8. Maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, 9. Dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. [QS (84 : 6 - 9)]
Sebaliknya
jika manusia itu tidak memiliki tekad untuk berubah, selamanya terpuruk
dalam keadaannya, inipun ada sanksinya, yaitu pasti mendapat kerugian,
celaka dunia akhirat. Bakal sempit hidupnya, tak akan bertemu dengan
kebahagiaan apalagi kenikmatan, jauh dari ridho Allah bahkan tak
menjamin kebenarannya (kebenaran menurutnya). Hanya syaitan yang menjamin kesalahannya.
ذَلِكَ
بِأَنَّ اللَّهَ لَمْ يَكُ مُغَيِّرًا نِعْمَةً أَنْعَمَهَا عَلَى قَوْمٍ
حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ وَأَنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Artinya : 53. (siksaan) yang demikian itu adalah Karena Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak akan merubah sesuatu nikmat yang
Telah dianugerahkan-Nya kepada suatu kaum, hingga kaum itu merubah
apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri[621], dan Sesungguhnya Allah
Maha mendengar lagi Maha Mengetahui [621]. Allah tidak mencabut nikmat
yang Telah dilimpahkan-Nya kepada sesuatu kaum, selama kaum itu tetap
taat dan bersyukur kepada Allah. [QS (8:53)]
Demikian
yang harus kita perhatikan, mulai saat ini harus rajin, apik dan
teliti, untuk masa depan selanjutnya. Selagi ada kesempatan hidup untuk
melaksanakan ibadah perintah Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar