Minggu, 20 Mei 2012

Madrasah tafsir di Madinah


                Madrasah tafsir di Madinah dikepalai oleh Ubai Bin ka’ab, madinah adalah tempat para sahabat, keanyakan dari mereka menetap disana dan tidak berpindah-pindah kenegri yang lain seperti halnya yang lain, mereka mengajar murid2nya al-quran dan sunah rasul, maka berdirilah Madrasah tafsir di Madinah, belajar disitu para tabi’in kepada ahli tafsir dari sahabat, kami bisa mengatakan Madrasah tafsir di Madinah dikepalai oleh Ubai Bin ka’ab yang berhak di ibaratkan bahwa para mufassir dari tabi’in dimadinah banyak belajar kepadanya, hal itu karena Ubai Bin ka’ab lebih terkenal dibidang tafsir dari pada yang lain, dan banyaknya penjelasan yang kami ambil darinya.
                Sekarang kita bisa menemukan tokoh2 tafsir di Madinah, yang terkenal adalah : Zaid bin Aslam, Abu Aliyah dan Muhammad bin Kab Qurjiy mereka yang langsung mengambil ilmu tafsir dari Ubai Bin ka’ab dan ada juga yang mengambil melalui perantara. saya akan menerangkan sedikit sejarah mereka sesuai denga dengan tujuan ilmiyah dalam tafsir,
        Nama aslinya adalah  Rufai’ bin Mihraan  yang dijuluki Abu Al-‘Aliyah hidup dimasa jahiliyah dam masuk islam setelha dua tahun nabi meninggal, meriwayatkan hadits dari Ali, ibnu mas’ud, ibnu Umar, Ubai dll. Beliau termasuk tabi’in yang tsiqah dan paling tahu tentang tafsir Kitabullah, menetapkan terhadap keterangan ini tsiqah ibnu ma’in, au Zar’ah, qtadah dan abu hatim, menurut al-Kala’I, semua ulama sepakat ke tsiqah an Abu Al-‘Aliyah, al-‘Ajaliy juga bberkata demikian,  dan masuk tokoh di antara tokoh-tokoh penghafal Al-Qur’an, diriwayaatkan dari qtadah bahwasanya Abu Al-‘Aliyah berkata: saya memaca al-qurn setelah wafatnya nai selama 20 tahun. dan diriwayatkan dari Ma’mar dari hisyam dari hafsah bahwasanya Abu Al-‘Aliyah berkata: saya memaca al-quran dimasa umar 3 kali, dan menurut inu abidaud:  Abu Al-‘Aliyahorang yang  paling banyak kadar pemahamannya terhadat acaan Al-Qur’an Al-Aziz setelah sahabat.
                dan diriwayatkan dari Ubai Bin ka’ab buku salinan yang besar dalam bidang tafsir, yang diriwayatkan abu jakfar arraziy dari rabi’ bin anas dari Abu Al-‘Aliyah dari Ubai Bin ka’ab, menurut kami isnad itu sahih dan inu jarir dan ai hatim banyak mentakhrij dari buku salinan itu sepertil halnya imam al-hakim juga banyak mentakhrij dalam al=Mustadrak, imam ahmad dalam kitab musnadnya, beliau wafat btahun 90 h, menurut pendapat yang rajah.
                Muhammad bin Kab Qurjiy, abu hamzah atau abu Abdullah al-madaniy,salah satu anggauta suku aus, meriwayatkan hadits dari Ali, ibnu mas’ud, ibnu Umar, dll. meriwayatkan dari Ubai Bin ka’ab  melalui perantara. Beliau termasuk tabi’in yang tsiqah, adil dan wara’, banyak meriwayatkan hadits dan ta’wil al=quran, menurut ibnu sa’ad, Muhammad bin Kab Qurjiy adalah orang tsiqah, cerdas, banyak meriwayatkan hadits dan wara’. menurut al-“ajaliy, Muhammad bin Kab Qurjiy adalah penduduk madinah seorang tabi’in, tsiqah, orang salih, faham al=quran dan salah satu rijal hadits kitab2 yang 6, menurut in ‘Aun: saya tidak menemukan orang yang palin pintar masalah ta’wil dari pada  Muhammad bin Kab Qurjiy, menurut inu hibban: Muhammad bin Kab Qurjiy adalah orang yang paling pintar dimabinah tentag ilmu dan fiqih, dia bercerita dimasjid beserta santri2nya lalu atap roboh beliau meninggal bersama jam’ahnya pada tahun 118 h. beliau berumur 78 th.
                Zaid bin Aslam al-adawiy adalah au usamah atau abu Abdullah Abdullah al-madaniy, mengusai fiqih dan tafsir, maula Umar in al-Khattab, termasuk tabi’im sonior yang paling faham tentang tafsir dan menurut para ulam termasuk orang yang tsiqah, hal itu ditegaskan oleh imam ahmad, abu zara’ah, abu hatum dab al-nasa’I, dan rasanya cukup para imam2 itu jadi saksi yang kuata akan ketsiqahan dan keadilanya, sperti imam2 pemilik kitab2 yang 6.

 
                dimasanya Zaid bin Aslam terknal dengan ketinggian ilmunya, sebagian dari mereka belajar dan mengambil ilmu darinya, dan dilihat dia lebih bermnfaat daripada yang lain, itu diuktikan oleh riwayat al-bukhariy dalam tarikhnya, bahwa ali bin husen belajar padanya dan menggiring kaumnya untuk menghadiri majlisnya, lalu nafi’ bin jubai bin mut’im berkata pada ali,  mengapa kamu tidak menggiring kaumnya untuk menghadiri majlis Umar in al-Khattab, ali menjawa, seseorang akan menggiring kaumnya untuk menghadiri majlis yang member manfaat bagi agamanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar