MAKRIFAT,
HAKEKAT, TARIKAT, SYARIAT
07 April 2012
Pemahaman yang beredar dalam khasanah
sufistik, tasawuf atau mistik Islam bahwa perjalanan spiritual itu dimulai dari
menjalankan syariat, memasuki jalan suluk tarekat dengan berdzikir, kemudian
berolah pikir di aras hakekat, hingga berujung pada mengenal Tuhan setelah
bermakrifat/ bertemu dengan-Nya.
Mohon maaf bila pemahaman tersebut perlu
didekonstruksi dan didiskusikan ulang. Sebab keyakinan kita atas hal itu bisa
jadi salah.
Menurut saya, proses bahwa perjalanan
spiritual itu justeru tidak dimulai dari syari’at, tarekat, hakikat, hingga
ma’rifat. Namun lihatlah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW, teladan umat
muslim justeru yang terjadi adalah kebalikannya:
Perjalanan spiritual justeru dimulai dari
MA’RIFAT, TAREKAT, HAKIKAT dan akhirnya sampai pada SYARIAT.
MAKRIFAT adalah bertemu dan mencairnya
kebenaran yang hakiki: yang disimbolkan saat Muhammad SAW bertemu Jibril,
HAKIKAT saat dia mencoba untuk merenungkan berbagai perintah untuk IQRA,
TAREKAT saat Muhammad SAW berjuang untuk menegakkan jalanNya dan SYARIAT adalah
saat Muhammad SAW mendapat perintah untuk sholat saat Isra Mikraj yang
merupakan puncak pendakian tertinggi yang harus dilaksanakan oleh umat muslim.
Itulah sebabnya, SYARIAT SHOLAT ADALAH
PUNCAK PENDAKIAN SPIRITUAL yang terkadang justeru dilalaikan oleh kaum sufi dan
para ahli spiritual. Padahal, Nabi MUHAMMAD SAW memberi tuntunan tidak seperti
itu.
SHOLAT adalah komunikasi tertinggi serta
pertemuan antara TUHAN dan MANUSIA. Sholat juga merupakan PERTEMUAN TITIK
MODULASI DIMENSI YANG LAHIR DAN BATIN ANTARA TUHAN YANG MAHA LAHIR DAN MAHA
BATIN dengan manusia yang merupakan makhluk satu-satunya yang memiliki SDM
untuk mempertemukan titik temu dari dua dimensi tersebut dalam dirinya.
TITIK TEMU itu terletak pada KESADARAN.
NAH, Bagaimana penjelasan tentang PERJUMPAAN TUHAN dengan MANUSIA? Monggo KITA
sholat dengan khusyuk. CARI TITIK PALING HENING dan NIKMATILAH WAJAH TUHAN DAN
BERMESRAANLAH DENGAN DIA, YANG MAHA TERKASIH.
MA’RIFAT, HAKIKAT, TAREKAT DIAKSES dengan
alat epistemologis PANCAINDERA AKAL-RASA-BUDI dan akhirnya PENDAKIAN SPIRITUAL
sampai pada SYARIAT, yaitu DIAKSES DENGAN SEMUA ALAT EPISTEMOLOGIS MANUSIA:
PANCAINDERA, AKAL, RASA, BUDI dan ini yang special yaitu HIDAYAH WAHYU untuk
kemudian dimanifestasikan dalam PERILAKU…
Itu sebabnya, bila Sholatnya bagus maka
PERILAKU PASTI BAIK, SEHINGGA DARI PERILAKULAH KITA BISA MENAKAR APAKAH
SESEORANG ITU SUDAH BERMANUNGGAL DENGAN TUHAN. PERILAKU adalah ibadah yang
menjadi SYAHADAT manusia yang sudah mencapai taraf INSAN KAMIL, yaitu
bermanunggalnya makrokosmos dengan mikrokosmos, jagad alit dan jagad gede,
manunggaling kawulo kelawan gusti.
Wallahu A’lam bi al-Shawab.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar