Pedapat yang mengatakan Khidlir Wafat
Menurut Al-Hafidz ibnu Hajar bahwa yang memastikan Khidlir Wafat adalah:
imam Bukhari, Ibrahi al-harbiy, Abu jakfar bin al-Munadi, Abu Ya’la bin
al-Farra’, Abu Thohir al-Ibadi, Abu Bakar bin Al-Arabiy dan lain-lainya, alasan
mereka adlah hdits Nabi Muhammad yang mashur, yaitu dari Ibnu Umar dan jabir
dan lainya Bahwasanya Nabi saw bersapda
diahir hidupnya : “Setelah seratus tahun tidak seorang pun tersisa dimuka
bumiyang sama dengan orang-orang yang
ada sekarang“ Menurut Ibnu Umar, Nabi besapda demikian pertanda akan
hilangnya Qurun (masa) yang merupakan Qurun (masa) terbaik .
Kemudian
Ibnu Hajar menambah, termasuk dalil-dalil yang menjelaskan Khidlir Wafat adlah
ayat
Bur $uZù=yèy_ 9|³t6Ï9 `ÏiB Î=ö6s% t$ù#ãø9$# ( û'ïÎ*sùr& ¨MÏiB ãNßgsù tbrà$Î#»sø:$# ÇÌÍÈ
“Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad);
Maka Jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?“
Dan juga hadits, Rasululullah bersapda diperang
Badar; “Ya
Allah kalau sisa umat ini musnah, engkau tidak akan disembah dimuka bumi“ Seandainya waktu itu Khidlir ada maka tidaklah benar perkataan Nabi tadi,di hadits
lain Rasululullah bersapda: „ Seandainya Musa bisa Bersabar maka cerita keduanya (Khidlir dan Musa ) akan sampai pada kami, Seandainya
waktu itu Khidlir ada dan masi hidup maka dia akan dipanggil oleh
Rasulullah dan diminta untuk menceritakan keanehan-keanehan dan berdakwah
menimankan orang-orang kafir utamany Ahl Al-Kitab.
Dan dalil-dalil
daiatas lebih sahih daripada dalil-dalil kaum yang berpendapat Khidlir masi
hidup
Dan
sama sekali dalil-dalil merek
tidak bisa membantah dalil-dalil daiatas, justru kaum yang berpendapat Khidlir masi
hidup tidak menerima dalil-dalil
itu dan mentakwilnya sesuai pikiran dan madzhab mereka.
Menurut
Al-Qurtubi tidak ada argumen dalam hadits:
ارئيتكم ليلتكم........... الحديث .
Untuk membatalkan pendapat yang mengatakan bahwa khidir masih hidup, karena
keumuman hadits:
ما من نفس منفوس..... الحديث
Karen lafadz umum
meskipun di perkuat pencakupanya tetapi bukan nash (ketegasan) dan masih
bisa di takhsis (dikhususkan) Contoh: keumuman hadits diatas tidak
mencakup Isa as karena dia tidak mati,tidak dibunuh dan masih hidup dengan nash
(ketegasan)Al-Quran, begitu juga tidak mencakup Dajjal yang masi hidup
berdasarkan haditsAl-Jasasah, demikian juga tidak mencakup Khidir tetapi tidak
bisa dilihat langsung oleh manusia sehingga mereka merasakan kehadiranya satu
sama lain.
Asy-Syangqiti membantah
keterangan Al-Qurtubi, bahwa dalam keterangan tersebut sangat rapuh dan itu
jelas bagi yang mengerti agama, karena beberap hal diantaranya; 1. dia
mngatakan bahwa hadita diatas adalah lafadz umum yang ditaukidi (diperkuat),
karena huruf min menurut ilmu Usul Al-Fiqh, sebelum isim nakirah
dalam susunan negatif (nafi) adalah ketegasan yang jelas dalam bentuk
yang umum yang tidak jelas didalamnya.
Kemudian Asy-Syangqiti
berpendapat; seandainya benar perkataan Al-Qurtubi bahwa lafadz umum meskipun
di perkuat pencakupanya tetapi bukan nash (ketegasan) dan masih bisa di
takhsis (dikhususkan).hal itu memang
kami akui hukum seperti itu dan disetujui (Ijma’)para ulama
tetapi harus ada dalil yang bisa
mentakhsis yang umum itu baik sanad maupun matanya, ketika Nabi besapda:
“Setelah seratus tahun tidak seorang pun tersisa dimuka bumiyang sama dengan orang-orang yang ada sekarang“
Ibarat diatas
bumi, tidak mencakup Isa yang ada dilangit.
Sedang perkataan Al-Qurtubi, demikian
juga tidak mencakup Khidir tetapi tidak bisa dilihat langsung oleh manusia
sehingga mereka merasakan kehadiranya satu sama lain, ada dua hal tentang perkataan
ini yaitu:
1. paengakuan Khidir ada tetap
tidak tampak bagi manusia seperti jin dan malaikat adalah pengakuan yang tidak
berdasar, karena semua putra adam bisa melihat satu sama lain disebabkan
persamaan sifat.
2. kalau mimang Khidir tidak bisa
dilihat manusia, lalu bagaimana Allah yang memberi tahu Nabi Muhammd saw bahwa Setelah
seratus tahun tidak seorang pun jiwa tersisa dimuka bumi yang sama dengan orang-orang yang ada sekarang, tahu
denagan Khidir bahwa dia adalah jiwa ? Klau
Khidir adalah individu yang jarang sekali dan tidak tampak oleh mata dan
sejenisnya tidak dituju dengan syumuli (pencakupan) maka pendapat yang
tersahih dari dua pendapat adalah mencakup yang umum dan juga yang individu
yang jarang sekali dan individu yang tidak dimaksud itu.Berbeda dengan pendapat
yang lain yang menyatakan sebaliknya, tetapi contoh yang jarang itu
hampir-hampir tidak ditemukan sama sekali, menurutnya.
Masih menurut Asy-Syangqiti,
pendapat yang lebih unggul yang ditetapkan dalam ilmu Usul Al-Fiqh adalah
mencakupnya keumuman (lafadz ’Am ) dan mutlak pada bentuk yang jarang
sekalipun, karena lafadz ’Am (bentuk yang umum) tetap ’am bentuk yang
umum) sampai ada dalil yang bisa
mentakhsis,secara dzahir keumuman (lafadz ’Am ) dalam hadits
diatas tidak ada dalil yang bisa
mentakhsis, justru pendapat yang sahih masalah Khidir, ini masuk dalam keumuman (lafadz
’Am) firman Allah:
$tBur $uZù=yèy_ 9|³t6Ï9 `ÏiB Î=ö6s% t$ù#ãø9$# ( û'ïÎ*sùr& ¨MÏiB ãNßgsù tbrà$Î#»sø:$# ÇÌÍÈ
“Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad);
Maka Jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?“ dan juga masuk dalam keumuman (lafadz ’Am) hadit diatas. :
yaitu: “Setelah seratus tahun tidak seorang pun tersisa dimuka bumiyang sama
dengan orang-orang yang ada sekarang“
.
Masalah Dajjal,memang keluar dari keumuman (lafadz ’Am) firman Allah
diatas karen sudah ditakhsis dengan hadits sahih. Qa’idah yang ditetapkam dalam
ilmi Usul Al-Fiqh menurut jumhur ulaama dan pendapat yang sahih adalah
mencakupnya keumuman (lafadz ’Am ) dan pada bentuk yang jarang
sekalipun, karena lafadz ’Am (bentuk yang umum) tetap ’am (bentuk
yang umum) sampai ada dalil yang bisa
mentakhsis, dan yang ditakhsis itu saja yang keluar dari keumuman itu, sedangkan
keumuman (lafadz ’Am ) tetap pada pada posisinya dalam hal-hal yang lain.
Al-Imam Al-Alusi menjelaskan dalil2 dan ta;wi2 yang mengatakan Khidir masih hidup dan dalil2
dan ta;wi2 yang mengatakan dia sudah
wafat, seraya menerangkan penolakanya atas dalil2 dan ta;wi2 tetrsbut, Yaitu perkataanya: Seandainya
Khidir masih hidup dimasa nabi Muhamad saw maka dia akan meriwayatkan
hadits-hadits dari beliau, Meskipun As-Suhruwardi dalam kitabnya As-Sirru
Al-maktum menegaskan bahwa Khidir meriwayatkan hadits-hadits dari nabi Muhamad
saw lebih dari 300 hadits secara
langsung dari beliau tetap, Menurut As-Susi; pernyataan tersebut ditolak oleh
pendapat Muhaddisin (ahli hadits) yang mengatakan Khidir masih hidup,
mereka bersepakat (ijma’) bahwa Khidir tidak meriwayatkan hadits-hadits
dari nabi Muhamad saw, Seperti Penjelasan Al-Iraqi, hal ini juga berbeda
denagan kalangan ahli tsawupyang mengatakan bahwa Khidir meriwayatkan
hadits-hadits dari nabi Muhamad saw .
Mereka menjawab dari hadtis diatas yang diriwayatkan al-Bukhori, mengatakan
bahwa Khidir selalu berada dilaut (diair) bukan didarat, pendapat ini
juga terbantah bahwa baik sungai dan laut juga bisa disebut bumi, dan tidak
diragukan lagi ketika lafadz bum disebutkan itu juga mencakup sesuatu yang ada
dilaut, dan kalau ta’wil yang demikian bisa dibenarkan maka kebanyakan manusia
juga bisa keluar dair keumuman hadtis diatas , dan bisa melemahkan keumuman
ayat :
öqs9ur äÏ{#xsã ª!$# }¨$¨Z9$# /ÏSÏJù=ÝàÎ/ $¨B x8ts? $pkön=tæ `ÏB 7p/!#y `Å3»s9ur öNèdã½jzxsã #n<Î) 9@y_r& wK|¡B ( #sÎ*sù uä!%y` óOßgè=y_r& w crãÏø«tFó¡t Zptã$y ( wur tbqãBÏø)tGó¡o ÇÏÊÈ
61. Jikalau Allah menghukum manusia Karena
kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatupun dari
makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang
ditentukan. Maka apabila Telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka,
tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula)
mendahulukannya.
Ada juga yang mengatakan khidir ada diatas udara ,
pndapat ini tidak jauh beda dengan pendapat sebelumnya bagi orang yang
berpikir.
Dan mereka ( yang mengatakan Khidir masih hidup)
menjawab hadits diwaktu perang badar, nabi besapda; ya allah kalau engkau
hancurkan sisa-sisa ummat ini engka, engkau tidak akan disembah dimuka bumi.
Bahwasanya di madinah pada waktu itu banyak orang-orang muslim yang tidak ikut
perang, argumentasi ini juga dibantah, bahwa cara mengartikan hadits itu sangat
jauh, memang secara dlahirnya demikian tetapi mungkin juga arti hadits itu
begini; ya allah kalau engkau hancurkan sisa-sisa ummat ini yang menjadi
ujung tombak perjuangan islam,maka kaum kafir akan mengusai mereka selanjutnya engkau
tidak akan disembah dimuka bumi. Walaupun demikian dalam hadits itu adalah
jalan untuk mengatakan bahwa Khidir
telah wafat
Dan mereka ( yang mengatakan Khidir masih hidup)
menjawab alasan; seandainya Khidir masih hidup maka dia akan berperang bersama kaum muslimin, bahwa Ibnu Basykwalmeriwayatkan dai
Abdullah ibn al-Mubarak, bahwa dai dalam peperangan dankudanya meninggal tiba2
datang seoarng yang tampan lalu orang itu menghidupkan kembali kudanya,
Abdullah ibn al-Mubarak bertanya pada orang itu dia menjawab; aku adalah
Khidlir.
Pendapat ini juga tertolak dengan hujah, hadirnya Khidlir bersama Abdullah
ibn al-Mubarak apakah lebih penting dari hadirnya bersan Nabi diwaktu berkata
pada Sa’ad “Irmi Sa’ad Fidaka Ummiwa Abi“ kalau mungkin Khidlir hadir tapi tidak bisa
dilihat ini adalah argumentasi Sapsathah (tidak bisa diterima)
Dan mereka ( yang mengatakan Khidir masih hidup)
menjawab dari pendapat seandainya dia hidup maka akan belajar pada Nabi saw. Mereka
mengatakan bahwa Khidlir belajar
pada Nabi saw tetapi dengan sembunyi-sembunyi karena dia diperintah demikian
dengan hikmah ilahiyah. Pendapat
ini juga tidak dapat diterima, karena seandainya demikian mka nabi akn
menyebutnya walau sekali saja.
Dan mereka ( yang mengatakan Khidir masih hidup)
menjawab dari ayat:
$uZù=yèy_$tBur 9|³t6Ï9 `ÏiB Î=ö6s% t$ù#ãø9$# ( û'ïÎ*sùr& ¨MÏiB ãNßgsù tbrà$Î#»sø:$# ÇÌÍÈ
“Kami
tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad);
Maka Jikalau kamu mati, apakah mereka akan kekal?“
Bahwa yang dimaksud dengan Al-Khulda (kekal) adalah hidup
abadi dan yang mengatakan
Khidir masih hidup tidak demikian bahkan
mereka mengatakan dia
akan membunuh Dajjal lalu wafat dan
yang
mengatakan dia
setelah Quran diangkat kelangit, dan ada yang mengatakan dia wafat diahir zaman, pendapat ini juga disanggah bahwa Al-Khulda
(kekal) menurut dahirnya ayat secara esisi dalah lamanya hidup bukan hidu
abadi,menurut Ar-Raghib: setiap apapun yang awet rusaknya orang arab memberi
sifat Al-Khulda (kekal)
Menurutku
(penulis buku) seandainya Khidir
masih hidup maka dia akan membantu umat islam untuk mengalahkan yahudu dan nasrani
dan juga dia akan diperlihatkan oleh Allh sebagai tanda yang besar dari
tanda-tnda ketuhanan dari satu sisi dan tanda kebenrab Al-Quran dan Nabi
Muhammad dari sisi yang lain, tetapi hikmah yang dikehendaki Allah adalah
wafatnya seluruh umat manusia maka dia berfirman ayat diatas. Jadi secara garis
besar penyelewengan orang yang beranggapan Khidir masih hidup menurut Ibni
Asakir ada pada tiga jihat atau sisi;
Yang pertama; Kebodohan dengan
dalil-dalil nakli, kebanyakan umat sekarang tidak mengerti hal itu dan tidak
mengetahui yang sahih dan daif dan ini adalah kesalahan yang lumrah bagi ulama
masa sekarang dari berbagai disiplin ilmu.
Kedua ; ketidak telitian dan
kelalaian bagi para pemuka umat mereka seakan-akan melihat seseorang kemudian
lenyap, atau melihat sesuatu yang miripdengan karomah tetap bukan. Karena
mendengar orang-orang berbicara Khidir
masih hidup maka dia juga berkata aku bertemu Khidir dan bisa jadi dia ketemu
orang yang namanya Khidir lalu dia menyangka bahwa dia adalah Khidir kawan Nabi
musa.dan bisa juga dia ketemu Syetan atau jin lalu berkata akulah Khidir
memberi tahu bahwa kamu termasuk manusi salih.
Ketiga; mencari sensasi atu
kebanggaan ketika dia berkata aku
bertemu Khidir agar keberadaanya ditengah masyarakat dihormati dan dikenal baik
kadang kadang mereka memakai pakaian yang compang camping agar dikatakan dia
seorang pertapa sakti.
Kesimpulanya wahai pembaca yang
baik, teranglah bagi kita pendapat-pendapat tiap-tiap golongan dan pendapat
yang benar dan sesuai dengan dalil-dalil nash adalah wafatnya Khidir selain
dari pendapay ini adalh buatan dan bualan saja tidakada dalil yang pasti
mendukungnya.
Karen itu, menurut Al-Alisiy,
ketahuilah bahwa hadits-hadits yang sahih dan dalil-dalil yang rajih
menyimpulkan bahwa Khidir telah wafat
dan tidak ada jalan untuk keluar dari dahirnya
dalil-dalil tersebut hanyalah menjaga dahirnya cerita Wallahu ‚A’lam.
Setelah meneliti dalil-dalil dua kelompok diatas dari kelemahan dan kelebihanya
cobalah anda berpikir sejenak, aku melihat saman sekarang banyak orang
menyebutkan bahwa orang yang tidak mengikutu jejak kaum supfi dianggap
perbuatan munkar dan jelek aqidahnya, sedang argumen mereka tidak sesuai dengan
dalili-dalili syari’ dan inilah pendapatku,
maka jelas bagi kita bahwa
pendapat yang mengatakan Khidir masi hiduo yang diutarakan sebagian ahli tafsir
tidak benar adanya dan termasuk katgori AD-DAKHI FI AT-TAFASIR (keanehan
dalam penafsiran)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar