Jumat, 30 Maret 2012

Tugas Dr. Kasman M.Fil.I


Halaman 151.
PEMBAHASAN II
            Menyebut sebagian jalan  (Thuruq)  atau sebagian dari sebuah hadits, dan member isyarat pada hadits yang lain kerena tujuan  meringkas (ikhtishar),
            sebagian ahli hadits (muhaddits) terkadang menyebut satu sanad dan matan sebuah hadits, realitanya hadits tersebut memiliki jalur-jalur (Thuruq)  yang banyak, dengan tujuan meringkas(ikhtishar) maka tidak menyebutnya, cukup dengan memberi isyarat saja. kadang berkata: hadits ini juga diriwayatkan si fulan dari fulan, atau kadang- kadang  mengomentari, hadits ini juga diriwayatkan si fulan dari sifulan dari jalur yang lain, atau kadang- kadang  berkata: sama denganya atau upamanaya, ada juga ynag mengistilahkan dengan isnad ini, sama dengan haditsnya si fulan, dia menambah dalam hadist ini dan itu, hadist ini dengan atinya hadits yang diriwayatkan dia, fulan berkata begini begitu di tempat A atau B, atau kadang- kadang  berkata: si fulan men tabi’ (mengikutkan) hadits ini atau istilah lain yang ada korelasinya, (munasabah).

Contoh I : Imam Al-Bukhori berkata: ada sebuah Hadits yang bercerita kepada kami; Qabishah bin Uqbah, dia berkata: bercerita kepada kami; Sufyan dari Al-A’masy , dari Abdullah bin Murroh dari Masruq dari Abdullah bin Umar, bahwa sesungguhnya Nabi bersabda:
di ahir hadist imam Al-Bukhori berkata: mengikutkan (memutabi’kan) hadits ini Syu’bah dari Al-A’masy, dalam hadits yang lain Al-Bukhori berkata juga: mengikutkan (memutabi’kan) hadits ini Ustman al-Muazdin, dia berkata: bercerita kepada kami; Auf dari Muhammad dari Abu Hurairah dari Nabi Muhammad Saw. “Sama dengan hadits diatas”


Contoh II : Imam Muslim berkata dalam hadits yang menjelaskn tentang islam, iman dan ihsan, “mereka para ruwat menggiring hadits ini seperti hadits dari jalur Kahmas dan Isnadnya, dan didalamnya ada sebagian penambahan dan pengurangan beberapa huruf”, dan Imam Muslim berkata lagi dalam hadits yang lain yang menjelaskan tentang rukun Islam, “dia perawi hadits menggiring hadits ini seperti hadits yang sama” dan Imam Muslim berkata lagi dalam hadits yang lain yang menjelaskan tentang iman kepada Allah, “ Kholaf menambahkan dalam periwayatanya (bersaksi tiada tuhan selain Allah) pada kata, Nabi mengikat pada satu ikatan.
Halaman 152.
Contoh III : Imam Abu Daud berkata dalam hadits yang menjelaskn tentang mensucikan diri dari air kencing “Hannad mengganti kata “Yastansihu” yang berarti mensucikan dengan kata “Yastatiru” yang berarti menutupi. Imam Abu Daud berkata dalam hadits lain yang menjelaskn tentang istinja’ dengan batu, “ Seperti hadits ini Abu Samah dan Numairin meriwayatkan juga dari Hisam.
Contoh IV : Imam At-Tirmidzi  berkata dalam hadits yang menjelaskn tentang siwak atau mengosok gigi “ Sunguh dia telah menceritakan hadits ini dari jalur lain dari Abu Hurairah dari Nabi, dan Hadits Abu Hurairah dianggap sahih karena diriwayatkan dari beberapa jalur”,
Halaman 153.
             Imam At-Tirmidzi  berkata lagi dalam hadits yang menjelaskn tentang boleh satu wudlu’ dalam beberapa sholat, “Hadits ini juga diceritakan oleh Ali bin Qadim dari Sufyan al-Tsauri dan menambah kata “Tawadloa marrotan marrotan, dan Sufyan al-Tsauri meriwayatkan hadits ini juga dari Muharib bin Ditsar dari Sulaiman bin Buridah bahwa sesungguhnya Nabi berwudlu’ setiap mau Sholat, dan Waki’ meriwayatkan dari Sufyan al-Tsauri dari Muharib dari Sulaiman bin Buridah dari bapaknya. Imam At-Tirmidzi  berkata Hadits ini juga diceritakan oleh Abdurrohman bin Mahdi dan lainya dari Sufyan al-Tsauri dari Muharib dari Sulaiman bin Buridah dari Nabi secara Mursal, dan ini lebih sahih dari pada jalurnya Waki’”
Contoh IV : Imam At-Tirmidzi  berkata dalam hadits yang menjelaskn tentang “Su’ru al-kalbi, sisa minuman anjing “ Hilan bin Usamah mengabarkan bahwa dia mendengar Abi Salmah mengabarkan dari abu Hurairah dari Nabi Saw. hdits yang sama  ”.
Imam At-Tirmidzi  berkata lagi dalam hadits lain yang menjelaskn tentang orang berwudu’ menyentuh penis “ Maka Busroh menyuruhnya dengan hadits yang meriwayatkan kepadaku Marwan ”.
            Kejadian ini, Cuma Imam At-Tirmidzi saja yang menberi isyarat pada hadits-hadits bab dari para Sahabat terahkhir arena memperkokoh hadits yang telah disebutkan yang lainnya tidak disebutkan karena tujuan menyingkat, sedangkan imam-imam yang lain tidak demikian.
Imam At-Tirmidzi  berkata lagi dalam pembukaan kitab al-Jami’nya, dalam hadits lain yang menjelaskn tentang bersuci dalam bab “Sholat tidk diterima tanpa bersuci“ dan dalam bab tersebut juga diriwayatkan dari Abi al-Malih dari bapaknya,  Abu Hurairah dana Anas. dan Imam At-Tirmidzi  berkata lagi dalam hadits yang kedua dari kitab al-Jami’nya, tentang bersuci dalam bab :Fadilah bersuci” : “dan dalam bab tersebut juga diriwayatkan dari Utsman bin Affan, Tsauban, al-Shunaji, Amar bin ‘Abasah, Salaman dan Abdullah bin Umar.
Halaman 154.
FASAL KE VI MANHAJ MUHADDITSIN DALAM JARAH WA AL-TA’DIL DAN TA’RIF AL-RUWAT.
PEMBAHASAN I
JARAH WA AL-TA’DIL DALAM KITAB-KITAB HADIST YANG V
            Termasuk manhaj Abu daud dan al-Nasa’I adalah apa bila dibutuhkan menyebut sedikit tentang jarah wa al-ta’dil, dan dari para imam itu yang paling banyak membahas jarah wa al-ta’dil adalah imam Imam At-Tirmidzi  kemudian al-Nasa’I dan Abu daud, sedangkan imam al-Bukhorin dan Muslim jarang sekali berbicara tentang jarah wa al-ta’dil kecuali kalau mimmang ada itu hanya di mukaddimahnya kitab sahih Muslim saja.
            Berikut ini adalh contoh kata-kata sebagian dari jarah wa al-ta’dil yang terdapat dalam kutub al-sittah, Imam Muslim berkata: kami melanjutkan hadits-hadits itu dengan berita-berita dari orang-orang yang dalam isnadnya (susunan rawi-rawi hadit) sebagian rawi-rawi yang tidak memiliki kapasitas hafalan yang kuat, seperti generasi sebelumnya, meskipun demikian tetapi berdasarkan tuntunan menutupi aib itu baik, kejujuran dan Adab keilmuan maka kami tetap ( mensyumulkan ) menetapkan nama  mereka dalam perawi-perawi hadit, seperti Ato’ bin al-Saib, Yazid bin Abi Ziyad, Laits bin Abi Sulaim dan lain-lain.
            Kalau anda bandingkan ketiga nama tersebut diats yaitu Ato’ bin al-Saib, Yazid bin Abi Ziyad, dan Laits bin Abi Sulaim, kalu dibandingkan dengan Mansur bin Muktamar, Sulaiman al-A’masy, dan Ismail bin Abi Khalid masalah memperdalam dan istiqamah dalam hadits, akan kelihatan perbedaan yang mencolok diantara mereka, tidak ragu lagi bagi seorang ahli hadit tentang pebedaan tersebut, karena mereka akan melihat secara nyata kelebihan dan keistimewaan hafalan hadits dan mendalam sekali keilmuanya yang berada disisi tiga orang perawi hadits yaitu Mansur bin Muktamar, Sulaiman al-A’masy, dan Ismail bin Abi Khalid.
Halaman 155.
            Imam Muslim menambahkan, kalau dari orang-orang yang sudah tertuduh menurut ahli hadits atau sebagian banyak dari mereka maka kamisudah tidak menyibukkan diri dengan mejarah hadits-hadits mereka, seperti Abdullah bin Miswar, Abi Ja’far al-Mada’ni, Amar bin Khlid, Abdul-Quddus al-Syami, Muhammadbin Said al-Mashlub,Ghiyas bin Ibahim, Sulaiman bin  Amar Abu daud al-Nakho’I dan lain-lain dari orang-orang yang tertuduh memalsukan dan mengada-ngada hadist-hadits. imam-imam ahli hadits, Lanjut imam Muslim adalah seperti Malik bin Anas, Syu’bah bin al-Hajaj, Sufyan bin ‘Uyainah, Yahya bin Said al-Qattan, Abdurrohman bin al-Mahdiy dan lain-lain.
            Imam Muslim berkata: Muhammad berkata: saya mendengar Ali bin Syaqiq berkata: saya mendengar Abdullah bin all-Mubarak berpidatu didepan orang banyak: kamu tinggalkan haditsnya Amar bin Tsabit, karena dia mengutuk ulama salaf, Ibnu Quhzad bercerita kepadaku, kata Imam Muslim, dia berkata saya mendengar Wahban berkatadari Sufyan, dari Abdullah bin all-Mubarak dia berkata:Mereka adalah orang-orang yang sangat jujur tetapi mereka mengambil dari orang yang tidak jelas ( menghadap dan membelakangi ) Qutaibah binSa’id bercerita kepada kami, Jarir bercerita kepada kami dari Mughirah dari al-Syi;biy dia bekata: bercerita kepadaku al-Harits al-A’war al0Hamdani, sedangkan dia pembohong besar.
Halaman 156
            Imam Abu Daud berkata: Al-Harits binWajih haditsnya Munkar dia itu termasuk  perawi yang lemah, sedangkan Amr bin Tsabit seorang Rafidli laki-laki yang tidak baik tetapi dia sangat jujur dalam masalah Hadits, kalau Tsabit bin al-Miqdan adalah termasuk orang-orang yang tsiqat, kalau Yahya bin Mu’in dianggap perawi yang tsiqat akan tetapi Ahmad bin Hambal sama sekali tidak meriwayatkan dari dia, Karen dia termasuk seorang perawi yang ideologinya dipertanyakan, saya pernah mendengar Ahmad bin Hambal menda’ifkan Abdurrahman bin Ishaq al-Kufi, saya juga mendengar dia (Ahmad bin Hambal) diatnayai perbedaan dalam hadits yang menjelaskan tentang kaffarat (tebusan) bagi orang yang meninggalkan Sholat Jum’at, dia (Ahmad bin Hambal) menjawab: Hammam menurutku lebih kuat hafalannya dari pada Ayyub Aba al-‘Ala’.
Halaman 157.
            Imam Al-Tirmidzi berkata: Abdullah bin Muhammad bin ‘Uqail itu seorang yang sangat jujur, dan itu diakui sebagian ahlul-ilmi masalah hafalanya, saya mendengar Muhammad bin ismail berkata: Ahmad bin Hambal, Ishaq bin Ibrahim, dan al-Humaidiy berhujah dengan hadits  Abdullah bin Muhammad bin ‘Uqail,  menurut Muhammad dia adalah Muqarib al-Hadits (seorang yang haditsnya mendekati kebenaran), menurut Al-Tirmidzi Ibnu Lahi’ah termasuk perawi hadits yang lemah menurut ahlu al-Hadits, dia dilemahkan juga oleh Yahya bin Sa’id al-Qattan dan lain-lain, dari sisi hafalanya, kalau Zuhair tidak seperti itu dalam masalah Abi Ishaq, karena dia agak ahir mendengar darinya. Kalid bin Abdullah termasuk orang-orang yang tsiqat, kuat hafalanya menurut ahlu al-Hadits, klau Syarik  orang yang banyak salahnya.
Halaman 158.
                 Imam al-Nas’I berkata: Buraidah bukanlah seorang yang kuat dalam ilmu Hadits, kalau Muhammad bin Sa’ad   al-Ansori termasuk orang-orang yang tsiqat, menurut pendapat al-Makhzumi. Abdullah bin Ja’far tidak ada masalah serius dalam periwayatanya, kalau Abdullah bin Ja’far bin Najih  orang tua Ali bin Al-Madaniy termasuk orang-orang yang ditinggal haditsnya, sama dengan Ayyub bin Suwaid, dan saya tidak tahu seorang yang meriwayarkan hadits dari dia selain Abu Daud al-Hafariy, dia termasuk orang-orang yang tsiqat, dan saya tidak menganggap hadits ini, yaitu hadits yang menjelaskan Qiyam al-lail wa tathawwu’ al-Nahar, (bangun malam dan puasa disiang hari) melainkan satu kesalahan, Wallahu A’lam
PEMBAHASAN II
TA’RIF (PENGENALAN) AL-RUWAT (PERAWI-PERAWI HADITS)
DALAM KITAB-KITAB HADIST YANG V
            Termasuk manhaj Abu daud A-Turmudzi dan al-Nasa’I adalah menyebut Ta’rif ba’dla al-Ruwat (Pengenalan sebagian Perawi-perawi), seperti menjelaskan bahwa sifulan adalah seorang sahabat atau tabi’in, bahkan sampai bangsanya disebut juga. seperti al-Kufiy atau al-Basriy, sejarah kelahiran atau wafatnya, atau bergaul dengan seorang rawi yang khusus, dan disebut juga segala hal yang ada kaitanya dengan penjelasan bersambung dan terputusnya antara dua rawi atau lebih, atau membedakan seorang rawi dari rawi yang lain. dam imam-imam yang paling banyak membahas masalah Ta’rif  al-Ruwat (Pengenalan Perawi-perawi), adalah imam A-Turmudzi, al-Nasa’I dan Abu daud.
Halaman 159.
             Kalu imam Al-Bukhori dan Muslim jarang sekali membahas masalah Ta’rif  al-Ruwat (Pengenalan Perawi-perawi), contoh yang ada dalam kutub al-tis’ah adalah komentar Abu daud dalam Abu Sa’id al-Khair, “ dia termasuk sehabat Nabi ”, Ibrahim al-Taimi meninggal sebelum umur empat puluh tahun,dia diberi kunya dengan Abu Asma’, Abdurrahman bin Jubair adalah orang Mesir Maula Kharijah bin Huzdafah dan bukan bin Jubair bun Nufair, Ibnu Ma’qal tidak pernah ketemu Nabi saw. dan Syaddan maula ‘Iyad juga tidak pernah ketemu bilal.
Halaman 160.
            Menurut Imam Al-Tirmizdi, al-Shanabihi yang meriwayatkan dai Abu Bakar tidak pernah ketemu dan mendengar dari  Nabi saw. kalu al-Shunabih bin al-A’sar al-ahmasiy adalah seorang sahabat Nabi saw. dan dia disebut juga dengan  al-Shanabihi. kalau ‘Uabaidah bin Amr al-Sulamaniy meriwayatkan hadits dari dia adalah Ibrahin al-Nakho’I, dia termasuk pembesar tabi’in, ada satu riwayat tentang ‘Uabaidah, dia berkata: saya masuk islam dua sebelum Nabi saw.wafat kalau ‘Uabaidah al-Dlabbiy adalah sahabat Ibrahim, dia adalah ‘Uabaidah bin Mu’tab al-Dlabbiy dan diberi kunyah dengan Abu Ibrahim. Imam Al-Tirmizdi meriwayatkan dari Amr bin Murrah: saya bertanaya pada Abu ‘Uabaidah bin Abdullah, apakah anda penah mengingat sesuatu dari Abdullah? dia menjawab, tidak, Abu ‘Uabaidah bin Abdullah bin Masud sama tidak mendengar hadits dari bapaknya, dan tidak terkenal namanya.menurut Al-Tirmizdi, Abu Tsifal al-Muriy nama Aslinya adalah Tsumamah bin Hushin, Robah bin Abdurrahman adalah Abu Bakar bin Huwaithib, sebagian perawi hadits meriwayatkan hadits dari dia lalu menyebutnya dengan kata “dari Abu Bakar bin Huwaithib” karena menisbahkan pada kakeknya, menurut Al-Tirmizdi, ibnu ‘Uyainah, berkata: Abdul-Karim tidak mendengar hadits menyela-neyela jenggot waktu wudlu’ dari Bilal.
            Imam Al-Nasa’I berkata: Abu ‘Ubaidah tidak mendengar dari bapaknya tentang hadits car abaca khutbah jumat, demikian juga Abdurrahman bin Abdullah bin Masud,, dan Abdul-Jabbar bin wa’il bin Hajar, Abdurrahman bin Abi Laila sama sekali tidak mendengar hadits darn Umar bin al-Khatab, Tholhah bin Yazid saya tidak pernah mendengar dia pernah menyimak hadits sedikitpun dari Huzdaifah, Imam Al-Nasa’I mengungkapkan, tentang hadits berpuasa sepuluh hari dalam satu bulan, bahwa hadits ini mengabarkan kepada kami Ali bin Al-Husien dia berkata: bercerita kepada kami Umayyah dari Syu’bah dari Habib, dia berkata: bercerita kepadaku Abu Al-‘Abbas, dia adalah seorang penduduk negri Syam, penya’ir dan sangat jujur, tentang hadits orang yang beribadah umroh terus member tebusan, Al-Nasa’I berkata, seakan-akan Ali bin al-Madaniy mengada-ngada terhadap hadits ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar